Sukses

Makna di Balik Motif Batik

Apa pun motifnya, pastikan Anda mengenal dengan baik hasil budaya bangsa kita ya.

Liputan6.com, Jakarta Selamat Hari Batik! Batik motif apa yang Anda kenakan hari ini? Apa pun motifnya, pastikan Anda mengenal dengan baik hasil budaya bangsa kita ya.

Bicara tentang batik, pada awal kemunculannya batik banyak diwarnai simbol-simbol keraton. Penggunanya pun terbatas pada kalangan keraton. Seiring dengan perkembangan zaman, batik pun mulai dikenal luas dan jadi komoditas dagang.

Batik yang semula cenderung digunakan hanya pada dalam acara-acara adat, kini mulai digunakan dalam keseharian. Dan tak hanya dikenakan sebagai pakaian melainkan juga dikreasikan dalam berbagai hal seperti sarung bantal, sprei, gordin, hingga sepatu atau sandal.

Merunut sejarah batik, secara etimologis batik berasal dari kata `amba` dan `tik` yang dalam bahasa Jawa berarti `menulis` dan `titik` atau simbol. Jadi, kata batik merujuk pada dua hal, yakni teknik pembuatan corak dan pewarnaan kain menggunakan malam atau lilin.

Berdasarkan beragam catatan sejarah, batik di Indonesia mulai berkembang pada zaman Majapahit, berlanjut pada periode Kerajaan Islam, hingga periode Batik Jawa (Solo dan Yogyakarta) serta daerah-daerah lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dua jenis


Dua jenis

Motif batik digolongkan dalam dua jenis, motif geometris dan non-geometris. Motif geometris adalah motif-motif batik yang ornamennya terdiri dari susunan bentuk geometris, seperti segi empat, lingkaran, atau belah ketupat. Anda bisa melihat contoh motif geometris dalam batik Kawung dan Ceplok misalnya. Sedangkan motif non-geometris memperlihatkan ornamen tumbuhan serta hewan dalam susunan tak teratur meski kemunculan motif terus berulang dalam kain.

Masing-masing batik memiliki makna. Di Pulau Jawa, masing-masing daerahnya memiliki batik dengan ciri khas tersendiri, namun terkait sejarah yang paling dikenal tentunya batik yang berasal dari Solo dan Yogyakarta.

Daerah Solo yang kental dengan budaya keraton nan halus, ragam hias batiknya diciptakan dengan sisipan pesan dan harapan kebaikan bagi pemakainya. Misalnya, segala jenis motif `parang` yang merupakan ragam hias larangan karena dianggap sakral dan hanya dikenakan raja dan keluarganya.

Lalu ada pula motif Sidomukti yang dikhususkan bagi pengantin. Kata `Sido` memiliki arti terus-menerus dan `mukti` berarti hidup berkecukupan. Begitu pula dengan motif Truntum yang dipakai orangtua kedua mempelai. `Truntum` berarti menuntun, dengan demikian orangtua diharapkan menuntun mempelai memasuki hidup baru. Sementara motif Ceplok Kasatriyan digunakan oleh pengantin dari golongan menengah ke bawah saat upacara kirab pengantin agar terlihat gagah dan bersifat ksatria.

Batik dari Yogyakarta memiliki motf perpaduan berbagai jenis ragam hias geometris berukuran besar, seperti ragam Grompol yang dikenakan saat upacara pernikahan. `Grompol` berarti berkumpul atau bersatu, filosofinya harapan akan berkumpulnya segala sesuatu yang baik seperti kebahagiaan, keturunan, rezeki, dan kerukunan.

Selain motif Grompol, ada pula motif Tambal yang seringkali digunakan untuk menyelimuti mereka yang sakit. `Tambal` diartikan sebagai menambah atau memperbaiki sesuatu yang kurang sehingga bisa membuat sehat orang yang sakit.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.