Sukses

Usai Makan Obat Pencegah Kaki Gajah, Apa yang Terjadi?

Secara umum kedua obat ini aman dikonsumsi, tapi kadang-kadang terjadi reaksi hasil pengobatan.

Liputan6.com, Jakarta Berdasarkan data WHO, Indonesia berada di peringkat kedua yang jumlah penduduknya berisiko terkena kaki gajah. Demi menekan angka penderita penyakit yang disebabkan cacing filarial ini, mengonsumsi obat merupakan hal penting terutama bagi daerah berisiko tinggi.

Obat yang diberikan adalah kombinasi DEC (Diethil Calbanasin Citrate) dan Albendazole. Bisa diberikan kepada semua orang berusia 2-70 tahun, tidak termasuk ibu hamil dan orang sakit. Secara umum kedua obat ini aman dikonsumsi, tetapi kadang-kadang terjadi reaksi hasil pengobatan.

"Semakin banyak anak cacing mati, semakin besar reaksi pengobatan yang dapat timbul," seperti tertulis dalam buku saku Kader Kesehatan Mengenali dan Mencegah Penyakit Kaki Gajah, Jumat (2/10/2015).

Reaksi ini biasanya terdiri dari sakit kepala, mengantuk, pusing, demam, mual, nafsu makan menurun, muntah, diare, sakit otot, sakit sendir, lesu, gatal-gatal hingga muncul suara mengi (wheezing).

Biasanya reaksi umum tersebut hanya terjadi selama kurang dari tiga hari, lalu akan sembuh tanpa diobati.

Tapi bila mengalami hal-hal atau dampaknya berkepanjangan, segera menemui pihak medis seperti dokter atau petugas kesehatan di puskesmas terdekat.

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) di Cibinong, Jawa Barat.

Pada Oktober 2015, Indonesia melakukan Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah. Sekitar 105 juta penduduk di 241 kabupaten/kota di endemis penyakit kaki gajah di Indonesia diminta untuk mengonsumsi obat sekali setahun selama lima tahun ke depan demi mewujudkan Indonesia Bebas Kaki Gajah pada tahun 2019. (Baca: Menkes Canangkan Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah) (*)