Liputan6.com, Jakarta Mewarnai cenderung identik dengan aktivitas anak-anak. Semakin beranjak dewasa, penggunaan peralatan tulis berwarna pun semakin berkurang. Padahal, usia yang terus bertambah pun masih butuh kegiatan mewarnai untuk mengatasi stres.
Salah satu psikolog pertama yang menerapkan mewarnai sebagai teknik relaksasi adalah Carl G. Jung di awal abad 20-an. Dia mendesain sendiri gambarnya, mulai dari bentuk lingkaran hingga siku-siku segitiga mirip jendela-jendela gereja tua.
"Mewarnai adalah salah satu cara untuk mengaktifkan kedua belahan otak dan merangsang area otak yang berhubungan dengan keterampilan motorik, indera dan kreativitas," katanya, seperti dimuat Huffingtonpost, Rabu (7/10/2015).
Advertisement
Kini, psikolog lainnya yang juga menerapkan teknik ini pada pasien yaitu Gloria MartÃnez Ayala. Menurutnya, mewarnai bisa memberikan dampak kesehatan dan ketenangan jiwa. Itulah sebabnya, tren menerbitkan buku mewarnai untuk dewasa berkembang pesat di Eropa dan Amerika. Spanyol bahkan melibatkan kartunis terkenal, Forges, untuk menyusun buku mewarnai.
"Relaksasi akan menurunkan aktivitas amigdala, bagian dasar otak yang mengendalikan emosi yang dipengaruhi oleh stres," kata Gloria.
Dalam istilah sederhana, mungkin mewarnai ini bisa disebut sebagai latihan fokus. Sebab konsentrasi saat mewarnai dapat membawa kita berimajinasi dan kembali ke masa kecil yang tidak pernah stres.
Psikolog Antoni MartÃnez merekomendasikan mewarnai sebagai langkah menuju ketenangan pikiran. "Saya anjurkan mewarnai sebagai teknik relaksasi. Karena saat memilih warna, suasana hati kita akan menentukannya. Saya sendiri berlatih dengan cara ini. Biarkan warna dan gerakan tangan mengalir saat hendak mewarnai."