Liputan6.com, Jakarta Bertahun lalu Peter, mantan insinyur asal Inggris berkenalan dengan istrinya Liu Yifang yang berkebangsaan Taiwan melalui sebuah situs kencan. Keduanya bertemu, jatuh cinta, menikah, dan memutuskan membuka kedai roti bersama. Celebral palsy tak membuat Liu kehilangan semangat, tekad kuat dan kejujuran Liu lah yang membuat Peter jatuh hati pada wanita itu.
Tak hanya roti-roti manis mereka yang selalu bisa mengobati rasa lapar para pelanggan sehingga mendapat sebutan "love bread", kisah cinta mereka juga berhasil memenangkan hati banyak orang karena diangap telah menunjukkan makna cinta sesungguhnya.Â
Baca Juga
Celebral palsy adalah kelumpuhan yang disebabkan oleh cedera atau kerusakan otak yang menimpa bayi dalam kandungan, sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan kontrol gerak otot. Namun bagi Liu yang kini menginjak usia 30-an, kondisi ini tak jadi masalah. Dia menjalani hidup seperti orang pada umumnya.Â
Advertisement
Setelah Peter dan Liu bertemu, lelaki itu mengundangnya untu berlibur ke Malta tempat Peter tinggal dan bekerja. Mereka pun menikah di sana. Setelah beberapa tahun, Liu begitu rindu akan kampung halamannya, Taiwan. Peter pun berbesar hati dan berhenti dari pekerjaan sehingga pasangan ini bisa pindah ke Taiwan.
Tiga tahun lalu mereka terinspirasi membuka usaha kedai roti setelah membaca tentang proses membuatan roti. Kedai roti "love bread" begitu populer di kalangan penduduk setempat. Roti-roti yang mereka buat selalu laris manis dalam hitungan jam.
Cinta mereka terhadap satu sama lain terpancar tak hanya melalui hasil kerja mereka, melainkan dalam interaksi mereka sehari-hari. Di usianya yang ke-60, Peter hanya 5 tahun lebih muda dari ayah Liu. Namun ayah Liu tak ragu mengatakan betapa dia begitu menyukai menantunya, dilansir dari laman Rocketnews24, Kamis (8/10/2015).
"Aku tahu dia membutuhkanku, jadi apa pun kesulitan atau kekesalan yang kami miliki tak akan menghentikan kami," ucap Peter mantap.