Liputan6.com, Jakarta Penelitian yang dilakukan Lowa State University menemukan, kekhawatiran berlebihan orang tua saat anaknya bermain video games kekerasan justru malah akan mendorong anak untuk terus bermain.Â
Peneliti Russell Laczniak mengatakan, mengingat adanya dampak dari video game kekerasan yang dimainkan anak, dia dan rekan-rekannya ingin lebih memahami bagaimana orang tua mempengaruhi perilaku anak-anaknya. Mereka menemukan, orang tua yang lebih hangat dan ketat berhasil membatasi anak-anak bermain video games kekerasan. Namun, orang tua yang sangat emosional dan cemas memiliki efek sebaliknya, anak-anak akan bermain lebih.
Baca Juga
Ini tidak mengherankan bahwa lebih hangat dan lebih membatasi orang tua, atau apa yang kita sebut otoritatif, paling efektif dalam mengurangi jumlah video game kekerasan yang dimainkan oleh anak-anak mereka. Dia menambahkan, jika orang tua lebih cemas, pesan yang ingin mereka sampaikan tidak akan diterima dengan baik oleh anak-anaknya yang membuat mereka tetap memainkan video games kekerasan.
Advertisement
Dari penelitian ini, Russell dan rekan ingin menyampaikan, orang tua yang hangat cenderung menahan diri dari disiplin fisik dan menunjukkan persetujuan melalui kasih sayang. Orang tua yang membatasi dengan cara mengatur dan menegakkan aturan tegas untuk cenderung gagal menyampaikan bahaya dari video games kekerasan.
Seperti dikutip dari situs Times of India, Jumat (9/10/2015), penelitian yang diterbitkan ke dalam Journal of Consumer Affairs ini juga menjelaskan, orang tua tak perlu cemas berlebihan. Orang tua harus tenang dalam menyampaikan pesan bahwa permainan itu berbahaya. (*)