Liputan6.com, London - Sepasang suami istri tentu mengharapkan kehadiran anak di tengah-tengah mereka untuk melengkapi kebahagiaan. Namun, bolehkah seorang wanita tanpa rahim bermimpi memiliki anak dari kandungannya sendiri?
Hal ini dijawab oleh Racher Edmonds, perempuan asal Sussex Barat, Inggris. Rachel yang kini berusia 34 tahun menderita endometriosis, penyakit kista yang berkembang dalam indung telur, hingga delapan tahun lalu membuatnya pasrah untuk melakukan pengangkatan rahim.
Baca Juga
Rachel dan Glyn, suaminya sempat membahas soal mengadopsi anak. Tapi dirinya sangat berhasrat bisa mengalami kehamilan layaknya wanita sehat lainnya. Bukan merawat anak orang lain seperti yang biasa dilakukannya sebagai perawat.
Advertisement
Sepertinya tak butuh waktu lama karena mimpi wanita berambut pirang ini sebentar lagi menjadi kenyataan. Ahli bedah di Inggris baru saja diberikan izin untuk melakukan transplantasi rahim untuk pertama kalinya. Dan diperkirakan bayi pertama hasil transplantasi tersebut bakal lahir di akhir 2017 atau 2018.
Kelahiran bayi hasil transplantasi terjadi pertama kali di Swedia pada 2013. Sekarang, sepuluh wanita Inggris yang bakal menghabiskan 50.000 poundsterling atau Rp 1 miliar lebih untuk menjalani operasi tersebut meski di Inggris baru satu rahim yang bisa ditransplantasi.
Tidak seperti di Swedia, pasien Inggris tidak bisa menerima rahim dari pendonor hidup. Oleh karena itu, kandidat pasien yang beruntung untuk operasi pertama bakal dipilih dalam 3-4 bulan ke depan.
Rachel Edmonds adalah salah satu dari mereka. Ketika membaca soal transplantasi di Swedia, dia merasa merinding sekaligus gembira.
"Saya tipe seorang ibu untuk semua orang. Teman-teman saya memang bercanda soal itu dan itulah alasan saya menjadi perawat. Seperti saya mencintai pasien saya, saya pun ingin merawat anak saya sendiri," tutur Rachel dikutip dari laman Daily Mail, Selasa (13/10) siang.
Sebelum wanita penerima donor rahim dengan operasi, dia harus menjalani prosedur IVF atau bayi tabung untuk menyimpan embrionya sendiri. Richard Smith, seorang konsultan ginekolog di Imperial College London, menjelaskan kalau sang pasien tak boleh hamil dengan rahim barunya dahulu.
Sederhananya, salah satu embrio akan dimasukkan ke dalam rahim baru dan bayi dilahirkan dengan cara caesar untuk mengurangi tekanan pada transplantasi.