Sukses

Kecenderungan Bunuh Diri di Jepang Dipengaruhi Bulan Lahir?

Jepang tak hanya terkenal akan animasi, makanan, budaya pop-nya saja melainkan juga tingkat bunuh dirinya yang tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Jepang tak hanya terkenal akan animasi, makanan, budaya pop-nya saja, melainkan juga tingkat bunuh dirinya yang tinggi. Banyak pelajar dan pegawai yang memilih untuk mengakhiri hidup karena tekanan di sekolah dan pekerjaan. Sedikit sekali informasi mengenai faktor yang meningkatkan risiko bunuh diri ini. Namun penelitian terbaru menemukan, orang dewasa yang dilahirkan antara 1 Januari hingga 1 April 30 persen di antaranya lebih mungkin melakukan bunuh diri.

Sebagian negara mungkin menggunakan 1 April sebagai hari untuk lelucon (April Mop), namun di Jepang awal April menandai tahun fiskal dan permulaan dari tahun ajaran baru. Sekolah-sekolah di Jepang dimulai pada Senin pertama di bulan April. Hukum federal di sana menyatakan bahwa para siswa akan mulai bersekolah hanya jika usia mereka sudah genap 6 tahun pada 1 April tahun itu. Bagaimana jika si anak lahir pada 2 April? Tak ada pilihan lain, dia akan masuk sekolah pada tahun berikutnya.

Tim riset di Osaka yang dikepalai oleh Associate Professor Tetsuya Matsubayashi, bekerja sama dengan tim Amerika dari Syracuse University, membuat hipotesis bahwa siswa yang dilahirkan antara 1 Januari - 1 April, termuda di antara kelompoknya, berisiko lebih tinggi untuk bunuh diri.

Para peneliti melandasi hipotesis mereka dari gagasan bahwa kelompok tersebut memiliki perkembangan di belakang teman-teman lainnya, yang kemungkinan lebih tua satu tahun dibandingkan mereka. Meski tidak sepenuhnya demikian, bagi usia kanak-kanak, pautan usia 1 tahun bisa berpengaruh besar bagi kemampuan mental, fisik dan emosional seorang anak. Karena itu, kemampuan akademik maupun olahraga kelompok anak yang terhitung berusia lebih muda cenderung di belakang teman-temannya yang lebih dewasa. Para peneliti berargumen bahwa hal itu secara signifikan cukup untuk meningkatkan tekanan dan stres di sekolah bagi beberapa siswa hingga akhirnya memicu mereka untuk bunuh diri.

Tim peneliti menggunakan informasi dari orang-orang yang lahir antara 1974-1985 dan melihat data mereka yang melakukan bunuh diri antara usia 15-25. Peneliti lantas memisahkan temuan mereka berdasarkan tanggal lahir. Mereka menemukan, kasus bunuh diri pada siswa yang lahir di akhir Maret (26 Maret - 1 April) lebih banyak 30 persen dibandingkan mereka yang lahir pada awal April (2 - 8 April), dilansir dari laman Rocketnews24, Kamis (15/10/2015).

Ada pula penelitian lain, meski tak banyak, membandingkan individu yang lahir pada April dan Maret. Termasuk temuan individu yang lahir di bulan Maret memiliki penghasilan 4 persen lebih sedikit dibandingkan mereka yang lebih dulu lahir.

Saat mengumumkan temuan mereka, Matsubayashi mengutarakan pendapatnya bahwa Jepang perlu mengganti cara untuk melihat kapan seorang siswa boleh mulai bersekolah yang kini berlaku dengan cara lama. Cara lama yang dimaksud adalah anak-anak harus mulai bersekolah ketika mereka telah siap secara mental. Di Jepang artinya saat anak-anak dalam keadaan sehat dan paham arti kanan dan kiri. (*)