Sukses

Sarinah, Tempat Soekarno Belajar Mencintai Orang Kecil

Dari zaman dahulu kala sejak bumi ada hingga kini, selalu ada yang menarik bila kita bicara tentang perempuan.

Liputan6.com, Jakarta Dari zaman dahulu kala sejak bumi ada hingga kini, selalu ada yang menarik bila kita bicara tentang perempuan. Secara sosial, budaya, bahkan politik perempuan menjadi sorotan penting. Tak heran bila presiden pertama Indonesia, Ir.Soekarno juga menaruh hormat setinggi-tinggi pada makhluk satu ini.

Bung Karno memang terkenal dekat dan dikelilingi banyak wanita. Pandangan Sukarno tentang perempuan Indonesia terungkap dalam buku yang ditulisnya berjudul Sarinah. buku yang dicetak pertama kali tahun 1947 berjudul "Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia" ini diawali dari paparan realitas kehidupan perempuan Indonesia yang masih banyak mengalami pengekangan, penindasan dan pembodohan.

Paparan tersebut didasarkan pada pengalaman-pengalaman Sukarno yang dicontohkannya dalam beberapa fenomena mendasar. Utamanya tentang pengalamannya atas pengekangan-pengekangan yang terjadi terhadap perempuan Indonesia akibat persepsi yang salah akan peran isteri dalam kehidupan rumah tangga.

"Sayang sekali, bahwa soal wanita itu belum pernah dipelajari sungguh-sungguh oleh pergerakan kita,"ujar Soekarno dalam pendahuluan buku ini.

Kenapa nama Sarinah muncul dalam judul buku ini tak lain karena Soekarno juga ingin menghormati wanita yang berperan penting dalam hidupnya. "Saya namakan kitab ini 'Sarinah' sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Ia 'mbok saya'. Ia membantu ibu saya dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih."ujar Soekarno.

Lalu Soekarno melanjutkan bahwa dari Sarinahlah dia mendapat banyak pelajaran mencintai 'orang kecil'. Dia sendiri pun "orang kecil." Namun budinya selalu! Moga-moga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!, kata Soekarno.