Sukses

Ilmuwan Temukan Obat HIV/AIDS dari Pisang

Para ilmuwan di Amerika Serikat menemukan obat berbahan dasar pisang yang dapat membunuh berbagai virus

Liputan6.com, New York - Para ilmuwan di Amerika Serikat menemukan obat berbahan dasar pisang yang dapat membunuh berbagai virus, termasuk Hepatitis C, flu dan HIV/AIDS.

Seperti diberitakan Dailymail, Jumat (23/10/2015), penemuan obat ini adalah pertama kalinya sejak pisang dianggap sebagai obat potensial untuk Orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Bahan utama pisang yang disebut lektin itu dinamai BanLec.

Menurut ilmuwan, kali ini obat yang dikembangkan merupakan versi baru BanLec yang sebelumnya memiliki efek samping. Namun sekarang, peneliti memiliki cara untuk meminimalisir iritasi dan peradangan.

"BanLec bekerja dengan mengeluarkan molekul yang menempel pada permukaan virus mematikan di dunia. Setelah obat itu terkunci, maka virus tidak lagi jadi bahaya dan justru memberikan sistem kekebalan tubuh," kata Profesor kedokteran di University of Michigan, Dr David Markovitz.

Kendati demikian, menurut David, penelitian yang diterbitkan dalam Jurnal Cell ini baru sukses diujicoba pada tikus. Dan setelah beberapa tahun mendatang baru diujicoba pada manusia.

Dia juga mengingatkan, mengonsumsi pisang secara teratur tidak memiliki efek yang sama dengan BanLec. Karena obat ini telah dimodifikasi oleh para ahli.

Profesor biokimia di Duke University, Dr Markovitz dan Dr Hashim Al-Hashimi mengatakan, obat ini dapat menjadi celah dan mengatasi kekurangan antivirus yang bekerja melawan virus.

"Kami berharap BanLec bisa berguna dalam pandemi daeruray dan mengatasi penyebab infeksi yang tidak diketahui asal muasalnya," ungkapnya.

Profesor virologi molekuler di University of Nottingham, Jonathan Ball menambahkan, lektin memiliki potensi karena mereka mampu mengikat gula yang hadir pada permukaan berbagai virus termasuk HIV, influenza dan Ebola. Tapi pertanyaannya sekarang adalah apakah obat tersebut akan bekerja pada manusia.

"Ada banyak rintangan yang masih perlu diatasi sebelum lektin menjadi antivirus baru. Seperti misalnya risiko sistem kekebalan tubuh yang membuatnya tidak efektif. Namun, kita harap antivirus ini dapat bekerja," pungkasnya.

Video Terkini