Sukses

Begini Penggunaan Abu Vulkanik Dalam Bedah Tulang

Bahan polimer itu diperkuat dan disuntik dengan karbon dioksida sehingga implan itu jadi tampak seperti tulang sesungguhnya.

Liputan6.com, Royal Oak - Siapa sangka, ternyata kombinasi kanji jagung dengan tanah liat dari abu vulkanik sebagai bahan sambungan tulang dapat mempermudah proses pembedahan penggantian tulang di masa depan.

Para peneliti mengatakan bahwa bahan tersebut dapat dipakai untuk meniadakan pemindahan tulang dari suatu bagian tertentu pada tubuh pasien maupun meniadakan perlunya tulang donor dari jasad manusia yang terbatas jumlahnya.

Temuan-temuan pra-klinis disodorkan oleh para peneliti di Beaumont Hospital - Royal Oak dan akan diterbitkan dalam Jurnal Nanomedicine.

Mereka mengatakan bahwa bahan yang dapat terurai secara biologis (biodegradable) dapat digunakan untuk penggantian tulang, misalnya sesudah tumor tulang, bedah penyambungan tulang punggung, ataupun retak tulang.

Biasanya, penanaman tulang melibatkan tulang dari bagian lain pada tubuh pasien, yang pada dasarnya merupakan penambahan prosedur bedah sehingga meningkatkan kesulitan kepada prosesnya. Tulang dari donor juga bisa dipertimbangkan, tapi tidak selalu tersedia.

Kevin Baker, Ph.D., direktur di Beaumont Orthopaedic Research Laboratories, bekerjasama dengan Rangaramanujam Kannan, Ph.D., dari Johns Hopkins (sebelumnya di Wayne State University) untuk penelitian ini.

Siapa sangka, ternyata kombinasi kanji jagung dengan tanah liat dari abu vulkanik sebagai bahan sambungan tulang dapat mempermudah proses pembedahan penggantian tulang di masa depan. (Sumber beaumont.edu)

Ia mengatakan bahwa tujuannya adalah untuk menggunakan bahan tambalan yang mampu terurai sendiri, tanpa harus menambahkan perangkat keras menetap (permanen) semisal implan logam ataupun plastik. Dua bahan implan ini lazim dipakai untuk mendukung dan memperkuat penyambungan tulang secara tradisional.

Katanya, “Hal ini memperbaiki hasilnya bagi sang pasien karena perangkat keras yang ada di dalam dapat menjadi tantangan tersendiri, misalnya karena berpotensi menjadi tempat infeksi dan dapat menyusahkan uji MRI dan pencitraan CT.”

Ia melanjutkan, “Terlebih lagi, dari sudut pandang dokter bedah, tiadanya kekhawatiran tentang logam atau plastik keras berukuran besar dapat membuat bedah menjadi lebih mudah di masa depan.”

Bahan polimer yang dapat teruraikan itu diperkuat dengan partikel nano lempung montmorillonite untuk alasan kekuatan, dan disuntik dengan karbon dioksida sehingga implan itu jadi tampak seperti busa keras yang berpori sebagaimana tulang sesungguhnya. Para peneliti mengatakan bahwa bahan itu akan luruh dalam tubuh pasien dalam 18 bulan berbarengan dengan terbentuknya tulang baru dan berjalannya penyembuhan.

Bahan ini masih berada dalam tahap paling awal penelitian dan pengembangan. Artinya, masih cukup lama sebelum tersedia untuk dipakai oleh para pasien. (Alx)