Sukses

Koyo Dalam Usus Ini Menjadi Cara Baru Pengobatan Diabetes

Para peneliti sedang mengembangkan koyo (patch) yang dapat menempel ke dinding usus dan melepaskan hormon setelah ditelan berbentuk kapsul.

Liputan6.com, Orlando - Dari ratusan juta orang di seluruh dunia yang menderita diabetes, sebagian besar diantaranya harus terus menyuntikkan insulin setiap hari. Untunglah, sebentar lagi ada cara yang lebih mudah untuk menjaga kadar gula darah.

Para peneliti sedang mengembangkan koyo (patch) yang dapat menempel ke dinding usus dan melepaskan hormon setelah ditelan dalam bentuk kapsul.

Kebanyakan orang lebih menginginkan mendorong pil dengan segelas air daripada harus teratur menyuntik diri sendiri secara terus menerus. Karenanya, selama bertahun-tahun para ahli di seluruh dunia mencoba mencari pendekatan yang lebih tepatguna untuk memasok insulin secara oral.

Utamanya, persoalan terletak pada kelemahan hormon menghadapi enzim pencernaan di dalam usus manusia. Dengan begitu, pilnya akan segera terurai ketika ditelan, bahkan sebelum menjalankan tugasnya.

Sudah ada beberapa upaya untuk membawa insulin menumpang liposoma ataupun partikel nano, maksudnya supaya pilnya tidak hancur sebelum obatnya diserap oleh tubuh.

Inilah yang menjadi pemikiran para peneliti di University of California, Santa Barbara, yaitu untuk menghasilkan koyo jenis baru yang mengandung insulin yang dibuat dari bahan-bahan polimer mucoadhesive (merekat pada lendir) sehingga dapat dibawa ke seluruh tubuh dalam cangkang pelindung.

Pemolesan koyo itu dengan bahan penambah permeasi (pertukaran zat) usus, lalu ditempatkan di dalam kapsul dengan lapisan enterik—yaitu suatu zat kedap untuk melindunginya dari keasaman lambung. Dengan demikian, pil itu dirancang untuk melarut dan melepaskan muatan isinya pada waktu yang tepat.

Setelah muatannya disebarkan, koyo-koyo ini dimaksudkan untuk menempel pada dinding usus sehingga cara ini lebih teliti dan berdayaguna untuk pengiriman insulin.

Para penguji yang terlibat menguji dua hal. Pertama, kekuatan perekat koyo yang dimaksud. Kedua, pengujian ini melibatkan pengukuran kekuatan yang diperlukan untuk melepaskan koyo dari dinding usus setelah 30 menit, dan juga pengujian sebaran obat dalam usus tikus dan babi.

Menurut mereka, kerekatan koyo itu sangat baik dan kapsul itu melepaskan 100% insulin beserta zat penguat permeasinya dalam waktu 5 jam.

Setelah menguji beberapa tingkat konsentrasi, mereka mendapati bahwa koyo insulin yang mengandung 10% penambah permeasi merupakan yang paling berdayaguna yang menyebabkan kadar glukosa darah turun hingga sekitar 70% dari kadar normal jika dibandingkan dengan kelompok rujukan yang tidak mendapatkan obat.

Para peneliti akan melanjutkan penelitian mereka menggunakan tikus untuk mengerjakan koyo insulin yang memungkinkan penyebaran insulin yang lebih cepat ataupun tahan lama.

Penelitian ini disajikan dalam 2015 American Association of Pharmaceutical Scientists (AAPS) Annual Meeting and Exposition di Orlando, negara bagian Florida, pada 27 Oktober 2015 lalu. (Alx)