Liputan6.com, Jakarta Prevalensi cacingan pada anak-anak di Indonesia rata-rata sekitar 28 persen dengan tingkat berbeda-beda di setiap daerah berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI. Selain kondisi lingkungan tak sehat dan sanitasi buruk, tingginya prevalensi cacingan di Indonesia tidak terlepas dari iklim tropis yang memungkinkan beberapa jenis cacing berbahaya tumbuh dan berkembang.
Dokter spesialis anak Sri Kusumo Amdani dalam acara 'Gerakan Waspada Cacingan' di Gedung Sasana Kriya, TMII, Jakarta beberapa saat lalu, menyebutkan paling tidak ada empat jenis cacing yang menghantui masyarakat kita. Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Cacing cambuk
Advertisement
Cacing bernama latin Trichuris trichiura ini memiliki panjang 5 cm pada betina dan 4 cm pada jantan. Cacing ini hidup di usus besar lalu saat jadi cacing dewasa akan menempel di dinding usus halus dan menghisap darah. Biasanya akan menimbulkan sakit perut, nafsu makan berkurang, dan anemia.
Setiap hari per cacing ini bertelur 3.000-10.000 telur.
2. Cacing gelang
Cacing gelang satu ini bisa dikatakan panjang, yang betina sekitar 22-35 cm, sementara jantan 10-30 cm. Cacing bernama latin Ascaris lumbricoides ini hidupnya di usus halus kemudian menyerap sari-sari makanan yang ada di dalamnya. Lalu, cacing ini bisa jalan-jalan ke paru-paru sehingga menyebabkan anak batuk-batuk.
Setiap hari cacing ini mampu bertelur sekitar 200.000 ekor per hari.
3. Cacing tambang
Cacing ini terdiri dari dua jenis, yakni Necator americanus dan Ancylostoma duodenale panjangnya sekitar 0,8-1 cm. Larva cacing ini mampu masuk ke dalam tubuh melalui pori-pori kulit lalu masuk ke aliran darah. Kemudian hidup di usus halus. Cacing yang satu ini mampu menggigit usus sehingga bisa menghisap darah yang jumlahnya lebih banyak dibanding cacing cambuk.
Dalam satu hari bisa bertelur sekitar 9.000-10.000 butir per ekor.
4. Cacing kremi
Bernama latin Enterobius vermicularis ini ukurannya kecil sekali, yang jantan 2-5 mm pada jantan dan betina sekitar 8-13 mm. Mereka biasanya hidup di usus besar dan membuat dubur gatal.
Dibandingkan cacing jenis lain, cacing kremi sangat mudah menular. Jika ada satu keluarga terinfeksi, anggota keluarga lain akan tertular. Misalnya saat anak terkena cacing kremi lalu karena gatal anak tersebut akan garuk-garuk, telur cacing tersebut akan jatuh ke sprei sehingga akan mudah tertular terlebih jika sprei jarang dibersihkan.
Cacing ini bertelur sekitar 11.000-15.000 butir per ekor setiap enam jam sekali. (*)
Â