Liputan6.com, Jakarta Potret ini memperlihatkan bagaimana para petugas medis di rumah sakit St Louis berjibaku menolong korban teror di Paris. Di ruangan yang tak begitu besar, petugas medis bekerja tanpa lelah menyelamatkan nyawa orang-orang yang ditembak secara brutal oleh ISIS pada Jumat (13/11/2015) malam.
Darah di mana-mana tak sedikit pun memadamkan semangat mereka untuk terus menolong para korban. Janji yang terucap waktu diangkat menjadi dokter pun mereka buktikan. Tak hanya perawat, dokter spesialis turun langsung ikut membantu.
Baca Juga
Advertisement
Kepala layanan darurat di rumah sakit Georges Pompidous di Paris yang terbiasa kerja di daerah konflik termasuk Afganistan, Philippe Juvin, menggambarkan situasi yang terjadi di malam mencekam itu. Kondisi semua pasien mirip seperti yang sering dia lihat di daerah konflik.
Baca Juga
Dikutip dari situs Daily Mail, Selasa (17/11/2015), Philippe menggambarkan suasana hening dan menakutkan karena korban yang dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan telanjang, syok, dan trauma mendalam.
"Orang-orang itu ditembak di lengan, kaki, thorax, dan dada mereka. Anda tidak dapat membayangkan trauma psikologis yang mereka rasakan. Sulit menjelaskannya situasi sesungguhnya," kata Philippe.
Catherine, salah seorang perawat di sana, mengatakan peristiwa itu sekaligus mengetes solidaritas para dokter dan rekan-rekan sejawat. Terbukti semua turun tangan, menawarkan bantuan tanpa diminta.
"Malam itu, saya bangga dengan profesi saya dan rekan-rekan di rumah sakit tersebut," kata Catherine.
Sementara itu, seorang ahli bedah di rumah sakit Lariboisiere yang tak ingin disebutkan namanya mengatakan ada perasaan sedih ketika tangannya mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh korban.
Sedangkan kepala layanan darurat di rumah sakit Siant Antoine di Paris, Dominique Pateron, mengatakan ada satu pasien dengan peluru serius di bagian lengan merasa bingung mengapa tiba-tiba ada peluru. Dia bahkan tidak merasakan apa-apa.**