Sukses

Orang Gemuk Lebih Sehat?

Selama ini, kegemukan (obesitas) dipandang dengan negatif. Namun sekarang para peneliti menyodorkan sejumlah kebaikan keadaan kegemukan ini.

Liputan6.com, Phoenix - Kalau selama ini kegemukan dipandang sebagai hal yang tidak baik, maka suatu temuan baru-baru ini tentang kegemukan menggoyah pandangan yang telah ada selama ini.

Dikutip dari Health Aim pada Jumat (20/11/2015), temuan para peneliti terkait dengan penyakit jantung dan sejumlah penyakit lain telah membingungkan mereka.

Ada sejumlah penderita yang keadaannya lebih baik dibandingkan penderita lainnya. Kenyataannya, mereka yang lebih baik keadaannya malah yang kelebihan berat badan dan kegemukan. Kegemukan ditenggarai berperan melindungi kesehatan.

Hal tersebut dikenal dengan paradoks gemuk, terutama karena orang pada umumnya menghubungkan keadaan sehat dengan tubuh rendah lemak.

Menurut Glenn Gaesser, seorang direktur di Healthy and Lifestyles Research Center di Arizona State University (ASU), mengatakan bahwa profesional kesehatan “pada umumnya mengatakan orang gemuk sebagai tidak sehat dan orang kurus sebagai orang sehat.”

Data tersebut dianggap salah dan banyak orang serta para profesional mencoba membantah hal tersebut. Tapi paradoks itu tetap ada. Belum ada yang bisa berhasil mengatakan bahwa temuan dan kesimpulannya tidak benar.

Katherine Flegal, seorang ahli epidemiologi di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS menelaah penelitian mortalitas dalam proporsinya terhadap Body Mass Index (BMI) seseorang. Ia dan rekan-rekannya mendapati bahwa angka kematian terendah justru pada mereka yang kelebihan berat dan agak gemuk.

Memang telah dapat disimpulkan bahwa orang yang kelebihan berat dan agak gemuk rentan terhadap serangan jantung dan sejumlah penyakit lainnya, tapi berat badan bukanlah satu-satuya faktor.

Sesungguhnya, orang gemuk sepertinya bernasib lebih baik dalam menghadapi beragam penyakit tersebut jika dibandingkan dengan mereka yang kurus. Jadi, sedikit kelebihan berat malah memberi manfaat.

Banyak di antara mereka yang mendukung pemberantasan kelebihan berat badan dan obesitas berupaya agar paradoks itu tidak ada lagi, tapi mereka tidak bisa melakukannya.

Disebutkan juga bahwa lebih banyak orang gemuk yang mendapatkan perhatian medis dibandingkan yang tidak gemuk.

Pernyataan lainnya adalah, orang yang kurus mengira mereka sehat-sehat saja hingga akhirnya menyadari belakangan bahwa mereka sebetulnya sakit. Tapi sudah terlambat. Orang gemuk mendapatkan diagnosa lebih awal dan upaya penyembuhan lebih dini didapatkan.

Alasan yang paling masuk akal mungkin mengacu kepada konsep “sehat dalam ukuran apapun”. Hal itu menunjukkan bahwa perilaku sehat seperti gizi dan kegiatan jasmani lebih penting daripada berat badan.

Jadi, tidak penting “ukuran badan” seseorang, dibandingkan dengan “gaya hidup” seseorang.

Tentu saja pendapat kebanyakan orang berperan di sini. Sepertinya orang tidak dapat mencerna gagasan bahwa orang gemuk berkeadaan lebih baik daripada orang kurus dalam urusan penyintasan (survival). Permasalahannya mungkin justru terletak di konsep baku tentang “tubuh sempurna”. (Alx)