Sukses

Mari Belajar Kepemimpinan dari Dunia Satwa

Pada masyarakat manusia dan bukan-manusia, kita menemukan adanya pemimpin-pemimpin yang mementingkan diri sendiri maupun yang melayani.

Liputan6.com, Oxford - Dalam memperbincangkan kepemimpinan alamiah, seringkali kita cenderung menelaah melalui perbandingan dengan kepemimpinan dalam dunia satwa: primata alfa, raja hutan, induk semang bijaksana, ataupun ratu lebah.

Media pun kerap membandingkan para pemimpin politik dengan para pemimpin di dunia binatang. Lalu apakah ada petunjuk-petunjuk yang didapatkan dari dunia satwa? Apa dampaknya?

Ulasan singkat yang dibaca dari Pyschology Today pada Selasa (24/11/2015) memaparkan tentang suatu penjelajahan ilmiah oleh sejumlah peneliti unutk membandingkan kepemimpinan manusia dan bukan-manusia.

Penelitian itu secara spesifik membandingkan 8 masyarakat mamalia—termasuk lumba-lumba, gajah, dan simpanse—dengan 8 masyarakat kecil manusia, misalnya pemburu pengumpul Ache di Paraguay dan masyarakat perkebunan Pimbwe di Tanzania.

Para peneliti pelaku mencakup suatu tim yang beranggotakan ahli biologi, antropologi, psikologi, matematikan dan ilmuwan komputer. Hasil penelitian sendiri dipaparkan dalam jurnal biologi TREE.

2 dari 3 halaman

Cara Penelitian

Cara Penelitian

Dalam penelitian itu, para peneliti memberikan angka kepada 16 masyarakat manusia dan bukan-manusia pada beberapa aspek kunci dalam kepemimpinan dan mengamati 5 dimensi, yakni (a) distribusi kepemimpinan, (b) kemunculankepemimpinan, (c) kekuasaan, (d) imbalan, dan (e) lebarnya kepempimpinan.

Misalnya, ketika kepemimpinan tersebar ke seluruh anggota kelompok, maka diberikan angka “1”, tapi ketika hanya ada segelintir pihak yang memimpin, diberi angka “3”. Ketika kepemimpinan hanya terpusat pada satu pribadi saja, angka yang diberikan adalah “5”.

Semua penilaian itu dilakukan pada 16 kelompok masyarakat yang diamati dan dilakukan pada tiap dimensi kepimpinan.

Kesimpulan Penelitian

Para peneliti mendapati baik keserupaan maupun perbedaan dalam kepemimpinan dunia manusia dan dunia bukan-manusia.

Suatu kesimpulan yang penting adalah bahwa para pemimpin dalam masyarakat manusia tidaklah sedigdaya para pemimpin dalam masyarakat bukan-manusia. 

Sebagai contoh, para pemimpin simpanse menggunakan paksaan untuk mencapai kehendaknya, tapi kita tidak melihat ini dalam masyarakat kecil manusia yang cenderung menggunakan ajakan.

Suatu hasil lain adalah bahwa peran para pemimpin manusia lebih terbatas dan tidak terlalu meluas sebagaimana dalam dunia bukan-manusia.

Sebagai contoh, manusia memiliki pemimpin-pemimpin yang berbeda untuk berburu, berperang, dan memelihara perdamaian. Namun demikian, pembagian peran sedemikian tidak terlalu kentara pada hewan. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa masyarakat manusia lebih kompleks daripada mamalia lainnya.

3 dari 3 halaman

Sejumlah kemiripan

Sejumlah kemiripan

Tapi ada juga sejumlah kemiripan yang pantas dicatat.

Kepemimpinan—baik pada manusia maupun bukan-manusia—cenderung didasarkan kepada pencapaian dan bukan pemberian. Misalnya, pihak-pihak yang lebih tua terkadang mencuat sebagai pemimpin (pada gajah, ini terjadi pada betina yang paling tua), ditengarai karena mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang relevan.

Tapi ada sejumlah perkecualian: di antara hyena bertotol dan suku Nootka (suatu suku di pantai Pasifik di Kanada), kempimpinan itu diwariskan.

Dan, baik pada masyarakat manusia maupun bukan-manusia, kita menemukan adanya pemimpin-pemimpin yang mementingkan diri sendiri maupun yang melayani—yaitu ketika para pemimpin secara relatif mendapat imbalan yang lebih rendah daripada para pengikutnya.

Dengan membandingkan kepemimpinan dalam dunia satwa, para peneliti mengungkapkan bahwa mungkin saja ada sesuatu yang khas tentang para pemimpin manusia. Perlu lebih banyak penelitian tentang ini.

Misalnya, penelitian membatasi hanya kepada masyarakat kecil manusia yang cenderung lebih setiakawan (egaliter) dibandingkan dengan masyarakat modern—semisal AS atau Kanada—di mana para pemimpinnya lebih digdaya.

Pada akhirnya, para peneliti tidak menelaah variasi dalam kepemimpinan di dalam tiap masyarakat. Tentu saja ada kemungkinan terjadi perbedaan di antara kelompok-kelompok perihal gaya kepemimpinan dan ini bisa membawa akibat kepada bagaimana kesejahteraan kelompok itu.

Misalnya, beberapa kelompok simpanse atau manusia bisa saja memiliki kepemimpinan yang lebih otoriter dibandingkan yang lain, tapi entahlah akibatnya kepada perbedaan kesejahteraan kelompok-kelompok ini. Perlu penelitian lebih jauh.

Dapat dibilang di sini bahwa perbandingan kepemimpinan pada manusia dan bukan-manusia merupakan hal yang masuk akal. Alasan kenapa kita memilih untuk mengikuti pemimpin-pemimpin tertentu, bagaimana mereka memimpin kita, atau bagaimana mereka mendapat manfaat memimpin mungkin tidak terlalu berbeda dengan ‘sepupu’ kita dalam dunia satwa. (Alx)