Liputan6.com, Jakarta - Dalam ukuran indeks massa tubuh (body mass index/BMI), bila menunjukkan angka di bawah 16, maka orang tersebut dianggap masuk kategori kekurangan gizi yang paling parah. Itulah yang dihasilkan dalam studi terbaru Journal of the American Medical Association, seperti yang dikutip dalam Medical Daily, pada Kamis (26/11/2015) lalu.
Angka di atas ternyata menguak fakta baru karena diderita oleh kalangan wanita yang tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Para peneliti dari Rumah Sakit St Michael dan Harvard TH Chan School of Public Health menemukan lebih dari 18 juta perempuan yang tinggal di negara-negara ini kekurangan gizi kronis.
Baca Juga
Baca Juga
Kekurangan gizi kronis artinya berhubungan dengan angka orang sakit yang cukup besar, peningkatan angka kematian, dan menghasilkan janin yang buruk, termasuk berat badan bayi baru lahir yang rendah. Sebelum mereka meneliti secara global, hanya sedikit yang diketahui tentang prevalensi (seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang) dan BMI yang lebih rendah dari 16.
Advertisement
Mereka merupakan yang pertama untuk mengeksplorasi tingkat keparahan kondisi tersebut dan dampak negatifnya pada kesehatan. Studi ini melihat prevalensi rendah BMI dan kesempatan dalam prevalensi BMI dari waktu ke waktu.
Di antara 60 negara yang disurvei, prevalensi BMI yang lebih rendah dari angka 16 adalah 1,8 persen, dengan prevalensi tertinggi di India, diikuti oleh Bangladesh, Madagaskar, Timor-Leste, Senegal, dan Sierra Leone. Enam negara dengan prevalensi kurang dari 1 persen Albania, Bolivia, Mesir, Peru, Swaziland (sebuah negara kecil di selatan Afrika), dan Turki.
Wanita dengan pendidikan rendah yang juga tinggal di daerah pedesaan, jauh lebih mungkin kekurangan gizi kalau dibandingkan dengan wanita kaya, dan lebih tinggi pendidikannya. "Yang mengejutkan kami adalah jumlah wanita yang menderita gizi yang parah. Meskipun fakta bahwa ada prevalensi kelebihan berat badan atau obesitas telah meningkat di sebagian besar negara yang kami lihat," kata penulis Fahad Razak, ilmuwan di Li Ka Shing Knowledge Institute, Rumah Sakit St Michael di Toronto, dalam siaran pers.
"Yang juga mencolok adalah bahwa tidak ada penurunan prevalensi kekurangan gizi yang parah pada orang dewasa dalam dua dekade terakhir di sebagian besar negara," pungkasnya.
Â