Liputan6.com, London Ketika perempuan didiagnosis dengan diabetes dan diminta jalani pola diet sehat serta minum obat secara rutin, tiga puluh persen lebih kecil kemungkinan untuk meninggal dunia akibat kondisi ini.
Baca juga
Tapi saat saran yang sama diberikan kepada pasien laki-laki, sulit bagi mereka untuk menerima kenyataan tersebut yang pada akhirnya membuat mereka lebih rentan untuk meninggal dunia akibat diabetes.
"Berbeda dari laki-laki, perempuan yang menerima dan menerapkan manajemen penyakitnya dengan lebih mudah, sangat memengaruhi hasil jangka panjang," kata Dr Marlene Krag dari University of Copenghagen, Denmark, dikutip dari situs Daily Mail, Jumat (27/11/2015)
Advertisement
Dokter didorong untuk menekankan pentingnya diet dan aktivitas fisik yang sehat, menunda penggunaan obat diabetes sampai mereka melihat pengaruh dari setiap diet dan olahraga yang dijalankan. Pasien diberi target setiap bulannya. Di sisi lain, maskulinitas menyebabkan diabetes sulit tertangani. Sebab, sulit sekali membuat pasien laki-laki mau mengubah gaya hidup sehari-hari.
Hasil Penelitian
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Diabetologia menunjukkan, perempuan yang diberikan rencana perawatan sesuai yang dianjurkan itu, 26 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal dunia akibat penyakit apa pun. Tiga puluh persen lebih kecil kemungkinan meninggal dunia akibat diabetes, 41 persen lebih kecil kemungkinan terkena stroke, dan 35 persen kecil kemungkinan untuk diamputasi jika positif diabetes.
"Kami mengusulkan, hasil baik yang diterima pasien wanita ini dapat diluruskan dengan isu-isu sosial, budaya, dan gender," kata Dr Marlene Krag.
Para peneliti ingin kedua jenis kelami merasakan manfaat dari upaya pengobatan diabetes ini.
Advertisement