Sukses

Merasa Gagal Move On? Simak Cirinya

Cinta adalah pilihan, tapi dua belah pihak harus memilihnya. Kita bisa memilih untuk mencintai seseorang yang tidak mau memilih membalasnya.

Liputan6.com, New York - Pernahkah kita merasa lelah menghadapi hubungan dengan seseorang yang sepertinya tak maju-maju (move on) dari hubungan sebelumnya yang telah porak-poranda?

Jangan-jangan justru kita yang belum berhasil move on? Bagaimana mengetahui tanda-tandanya? Dikutip pada Rabu (2/12/2015) dari paparan singkat di thoughtcatalog.com, ternyata ada 7 tanda yang mencirikan kegagalan kita untuk move on.

Nah, berikut ini adalah 7 pertanda bahwa kitalah yang masih terlambat bergerak menuju masa depan:

  1. Kita tidak mencintai seseorang agar membalas mencintai kita. Kita tidak bisa mengatakan kepada diri sendiri untuk berjanji mencintai mereka selamanya dan menunggu sampai kapanpun, maka hal ini akan membawa harapan mereka juga membalas isyarat kita. Seringkali ini berarti kita membuang seumur hidup kita membaktikan diri kepada seseorang yang tidak menginginkan kita. Kita tidak bisa mencintai seseorang agar mencintai kita kalau mereka memang tidak mencintai kita.
  2. Meyakini bahwa kita ‘ditakdirkan’ untuk bersama dengan seseorang tidak berarti memang demikian halnya. Tidak peduli betapa nyata perasaan itu, tidak peduli betapa yakinnya kita, tidak peduli betapa banyak isyarat-isyarat dan pertanda-pertanda kecil dan kebetulan-kebetulan yang terjadi dan membuat kita begitu yakin. Mempercayai sesuatu tidak selalu berarti hal itu nyata di luar sana, di luar pikiran kita.
  3. Ada suatu hal yang memalukan ketika bertahan terlalu lama. Dan jika kita tidak berhati-hati, kita dapat dengan mudah mulai mempercayai bahwa ada sesuatu yang salah dengan kita karena melekat kepada cinta yang tidak berbalik mencintai kita.
  4. Kita tidak dapat memikirkan cara merelakannya. Kita tidak dapat mengkaji, membuktikan, menunggu, atau mendoakan cara kita merelakan. Kita semestinya harus melangkah maju dan menciptakan kehidupan baru bagi diri sendiri, hidup yang tidak ada tanpa mereka, dan tidak pernah menyertakan mereka sejak dari awal.
  5. Memikirkan untuk mengetahui apakah kita akan kembali atau tidak kembali bersama setelah putus biasanya merupakan pertanda terkuat bahwa kita tidak akan kembali. Hal itulah yang dilakukan seseorang ketika secara naluriah mengetahui bahwa jawabannya adalah ‘tidak’ dan mereka berupaya mengumpulkan bukti bahwa mungkin saja—hanya sekedar mungkin saja—mereka bisa salah duga.
  6. Cinta adalah pilihan, tapi dua belah pihak harus memilihnya. Kita bisa memilih untuk mencintai seseorang yang tidak mau memilih untuk membalas mencintai kita, dan akhirnya kita malah menyalurkan daya upaya kita kepada situasi yang menimbulkan gagasan bahwa kita ini tidak cukup pantas.
  7. Orang yang mengalami saat-saat yang berat untuk melewati ambruknya hubungan adalah jenis orang yang layak dikencani. Bisa saja kita sedang jatuh di suatu titik dalam kehidupan, tapi kita perlahan telah belajar bahwa watak mencintai-dengan-segenap-hati adalah hal yang terbesar tentang kita. (Alx)