Sukses

Glukosa Pada Roti dan Kentang Bahayakan Lever

Tak hanya alkohol, jenis karbohidrat lain seperti roti dan kentang ternyata dapat membahayakan lever.

Liputan6.com, Jakarta Tak hanya alkohol, jenis karbohidrat lain seperti roti dan kentang ternyata tak baik bagi tubuh. Kedua jenis makanan tersebut dinilai cepat berubah menjadi glukosa yang membahayakan lever (hati).

Dr David Unwin, GP dari Southport, Merseyside mengatakan, tubuh manusia memiliki kemampuan untuk mengonsumsi karbohidrat yang mengandung glukosa sebagai sumber energi utama. Namun seperti dalam penelitian yang dipublikasikan American Journal of Clinical Nutrition, konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan kerusakan hati.

"Glukosa yang terlalu tinggi dalam darah, dapat menyebabkan terjadinya proses glikasi atau bereaksinya gula terhadap jaringan tubuh yang menyebabkan komplikasi diabetes. Selain itu juga memicu proses pembentukan lemak di hati yang menyebabkan peningkatan trigliserida atau lemak darah," katanya, seperti diberitakan Dailymail, Rabu (2/12/2015).

Menurut Unwin, kesehatan hati dapat diukur dengan tes darah yang disebut gamma-glutamil transpeptidase (GGT). Jika tingkat GGT tinggi, kemungkinan terjadi gangguan lever.

Lantas apa yang bisa dilakukan? Unwin menuturkan, solusi sederhananya adalah diet rendah karbohidrat dan pati (tepung). Dia pun telah menguji cobakan hal ini pada 69 pasiennya selama 13 bulan.

"Pada umumnya saya melibatkan pasien dan meminta mereka mengonsumsi sayuran hijau, buah rendah gula seperti blueberry, kacang-kacangan, ikan, telur dan daging. Mereka juga disarankan tidak mengonsumsi makanan atau minuman manis serta mengurangi karbohidrat tepung, seperti roti dan kentang atau mi. Di sisi lain, tambah lemak sehat dari minyak zaitun atau mentega," katanya.

Hasil penelitian kecil itu membuahkan penurunan GGT rata-rata 47 persen. Seperti halnya obat pengontrol diabetes, mereka yang menjalankan diet ini juga mengalami penurunan badan dan kolesterol.

Seorang profesor kedokteran dan metabolisme di Universitas Newcastle, Roy Taylor mengatakan, tes darah untuk GGT dapat menjadi tanda perlemakan hati sebelum pasien mengalami diabetes. 

"Diabetes tipe 2 itu tidak terjadi langsung begitu saja. Sebelumnya ada jeritan hati yang sulit melakukan kerjanya sebagai penyaring racun tubuh," katanya.

Seorang profesor biologi sel di Universitas Negeri New York Downstate Medical Center di Brooklyn, Richard David Feinman, turut berkomentar. Ahli metabolisme karbohidrat ini mengatakan, perbaikan nilai GGT perlu dilakukan secepat mungkin. 

"Intervensi berupda diet dan olahraga akan membantu metabolime tubuh membaik," ujarnya.

Â