Sukses

Fifty Shades of Grey Hingga Makan Plasenta Bikin Publik Penasaran

Sejumlah peristiwa penting tak luput dari sorotan media pada Februari 2015.

Liputan6.com, Jakarta Sejumlah peristiwa penting tak luput dari sorotan media pada Februari 2015. Dari mulai novel erotis Fifty Shades of Grey yang kemudian difilmkan hingga kasus hilangnya nyawa pasien di RS Siloam.

Tak hanya itu, tren mengonsumsi plasenta di Amerika cukup menarik perhatian. Sebagai penutup Februari, berikut kami sajikan tiga berita pilihan yang tak boleh Anda lewatkan, seperti:

1. Fifty Shades of Grey

Baik novel ataupun film Fifty Shades of Grey mendadak menjadi buruan masyarakat. Bukan tanpa alasan, sejumlah kalangan menilai, banyak pelajaran seks yang dapat dipelajari dari kisah Dakota Johnson dan Jamie Dornan itu.

Di sisi lain, Psikolog Seksual, Zoya Amirin justru berpandangan, buku dan film tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi pasangan. Menurutnya, kesan dalam hubungan itu menunjukkan perempuan harus pasrah saat bercinta.

"Film ini merupakan salah satu bentuk perilaku seks menyimpang atau Bondage (Perbudakan), Discipline (Disiplin), Domination (dominasi) dan Submission (Subordinat) serta Sadism (Sadisme) & Masacochism (Masokis) atau disingkat BDSM. Mereka ini senang menyiksa atau disiksa. Ini bukan perilaku seks yang sehat," kata Zoya pada Sexpedia Liputan6.com.

2. Salah Obat di RS Siloam Karawaci

Pada Februari, peristiwa mengejutkan datang dari Tanah Air. Dua pasien meninggal karena tertukarnya obat Bunavest Spinal di RS Siloam Karawaci.

Berdasarkan wawancara dan kunjungan tim KSS ke pabrik Kalbe Farma dan distributor Kalbe Farma juga ditemukan kekeliruan isi ampul pada Buvanest Spinal 0,5 persen heavy 4 ml dalam uji laboratorium di Kalbe Farma yang berisi asam tranexamat 5 ml.

3. Santap plasenta

Sejumlah ibu di Amerika Serikat mengonsumsi plasentanya sendiri usai melahirkan. Fenomena ini disebut dengan placentophagy. Mereka percaya, plasenta atau ari-ari merupakan organ berbentuk mirip gumpalan hati mentah yang digunakan untuk menyediakan nutrisi, oksigen, dan hormon kepada janin melalui tali pusat selama 40 minggu masa kehamilan.

Sejauh ini, belum banyak penelitian tentang manfaat tentang placentphagy atau mengonsumsi plasenta. Sebuah studi tahun 2013 di Las Vegas menyatakan bahwa sebagian besar perempuan yang pernah mengonsumsi plasentanya sendiri usai melahirkan akan mencobanya lagi. Masih butuh penelitian lagi untuk membuktikan kebenaran manfaat tersebut.