Liputan6.com, Jakarta Tak sedikit pasangan suami istri yang mengharapkan memiliki anak kembar. Namun, kehamilan anak kembar lebih berisiko dan banyak tantangannya. Ada beberapa pertanyaan yang penting calon orangtua ajukan apabila hamil anak kembar.
Risiko kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah termasuk yang dihadapi pada kehamilan bayi kembar. Namun, ada komplikasi lainnya yang tak diharapkan. Kondisi langka itu dikenal dengan Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS).
Baca Juga
Sekitar 25 persen bayi kembar berbagi plasenta tunggal dan sebanyak 10 sampai 15 persen mengembangkan penyakit TTTS. Kondisi ini apabila tak diobati meningkatkan kematian 95 persen.
Advertisement
Jadi, apabila seorang ibu hamil bayi kembar salah satu pertanyaan yang harus diajukan ke dokter adalah, "Apakah saya memiliki satu atau dua plasenta?".
Kondisi TTTS acak, bukan karena genetik atau disebabkan usia ibu serta kesehatan. Tak ada calon orangtua yang bisa mencegahnya. "Ini seperti kebetulan, seperti disambar petir," kata Dr Ramen Chmait, ahli bedah neonatal di University of Southern California seperti dilansir Today, Kamis (17/12/2015).
Plasenta merupakan organ yang menempel ke rahim ibu dan memberikan nutrisi oksigen. Dan pada janin yang kembar identik bisa memiliki plasenta sendiri atau berbagi plasenta yang sama.
Apabila TTTS berkembang, darah yang mengalir kepada dua bayi menjadi tidak seimbang. Ini berarti seorang bayi mendapatkan terlalu banyak darah dan lainnya kehilangan terlalu banyak darah.
Kebanyakan ibu hamil belum pernah mendengar tentang TTTS dan penyakit tersebut berkembang dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa USG setiap 1 sampai 2 minggu dianjurkan untuk wanita hamil dengan kembar identik berbagi satu plasenta.
Dokter mengatakan ibu hamil kembar identik harus waspada, terutama selama trimester pertama. Itulah waktunya TTTS paling sering berkembang dan hanya dapat dideteksi dengan USG.
Kondisi ini jarang terjadi, tetapi wanita harus berkonsultasi dengan dokter mereka tentang skrining untuk sindrom agar bisa segera melakukan pengobatan.
"Ini sangat penting karena ada risiko tinggi seperti kehilangan kehamilan," kata Chmait.
Pada kasus TTTS parah, dokter menggunakan ablasi laser untuk menentukan hubungan pembuluh darah antara bayi dan memotong mereka secara fisik dan menutupnya.
Menurut Dr. Larry Rand, direktur Pusat Perawatan Fetal di UCSF, dengan deteksi dini dan ablasi laser, ada kesempatan 65 persen kedua bayi masih hidup dan kesempatan 85 persen salah satu bayi kembar bertahan.