Sukses

Norwegia, Negara Paling Layak Huni

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu cara untuk proses pembangunan manusia, tapi bukanlah akhirnya.

Liputan6.com, New York - Bicara masalah kesehatan dan kesejahteraan, tidak ada yang mengalahkan Norwegia, setidaknya menurut ukuran Human Development Index (HDI) melalui Human Development Report 2015.

Dikutip dari CNN pada Senin (21/12/2015), inilah kali ke-12 negeri itu berada di puncak perolehan. Dibaca langsung dalam laporan tersebut, Indonesia menduduki peringkat ke-110.

HDI melakukan pengukuran 3 hal dalam sebuah negara, yaitu angka harapan hidup, pendidikan dan pendapatan/standar kehidupan.

Norwegia mendapatkan nilai tinggi di semua ukuran dan mendapat angka keseluruhan 0,944. Angka harapan hidupnya 81,6 tahun, sedangkan pendapatan kotor nasional (gross national income, GNI) mencapai US$64.992—senilai Rp juta.

Lima negara di 5 peringkat teratas adalah Australia (0,935), Swiss (0,930), Denmark (0,923), dan Belanda (0,922).

Untuk diketahui, HDI mencakup 188 negara dan kawasan. Tahun ini ada satu tambahan negara yang dinilai, Sudan Selatan.

Menurut PBB, pengukuran HDI yang diluncurkan pada 1990 dimaksudkan untuk menegaskan bahwa perluasan pilihan-pilihan manusia harus menjadi kriteria utama dalam menilai hasil-hasil pembangunan.

Menurut laporan tersebut, “Pertumbuhan ekonomi adalah suatu cara untuk proses tersebut, tapi bukanlah akhirnya.”

“HDI dapat dipergunakan untuk mempertanyakan pemilihan kebijakan nasional, untuk mempertanyakan kenapa dua negara dengan GNI per kapita yang sama dapat berujung kepada perbedaan hasil perkembangan manusia.”

Negara-negara dengan penurunan terbesar HDI pada 2015 adalah Libya—yang terjerembab 27 peringkat—dan Suriah yang turun 25 peringkat.

Lima negara terbawah dalam peringkat itu adalah Niger (0,348), Republik Afrika Tengah (0,350), Eritrea (0,391), Chad (0.392), dan Burundi (0,400).

“Laporan Perkembangan Manusia terkini merupakan seruan segera untuk mengatasi salah satu tantangan perkembangan terbesar dunia—yaitu penyediaan pekerjaan dan perikehidupan bagi semuanya,” kata Helen Clark, Program Administrator untuk Badan PBB bagi Program Pembangunan (UNDP) pada saat peluncuran laporan tersebut.

Ia melanjutkan, “Dunia kerja berubah jauh lebih cepat daripada sebelumnya. Pertanyaannya adalah, apakah tanggapan-tanggapan kebijakan terbaik untuk memastikan manfaat pembangunan manusia dari perubahan tersebut?”