Liputan6.com, New York - Ternyata keadaan lemah syahwat (erectile disfunction, ED) dapat mengarah kepada kematian. Apa hubungannya?
Dikutip dari Men’s Health pada Kamis (24/12/2015), temuan penelitian University of Mississippi menyebutkan bahwa Mr. P yang loyo bukan hanya buruk bagi kehidupan seks, tapi penderita ED memiliki risiko tambahan mati mendadak hingga 70 persen.
Mengapa bisa begitu? Tobias Köhler, M.D.—wakil profesor urologi di Southern Illinois University School of Medicine—mengatakan bahwa rendahnya kesehatan kardiovaksular merupakan penyebab terlazim ED.Â
Advertisement
Jadi, kalau seorang pria tidak bisa ereksi, itu bisa jadi merupakan tanda awal masalah pada jantung.Â
Faktanya, banyak pria yang ED-nya disebabkan oleh rendahnya kesehatan kardiovaskular ini akan mendapatkan masalah-masalah jantung yang mematikan dalam 5 tahun ke depan, kata Dr. Köhler.
Baca Juga
Dr. Köhler melanjutkan dan mengungkapkan bahwa pembuluh-pembuluh darah mengalirkan darah ke penis berukuran kecil—dengan garis tengah antara 2 hingga 3 milimeter—sehingga mudah tersumbat.
Jika plak atau kerak mulai menumpuk di pembuluh-pembuluh darah—misalnya karena diet yang kacau-balau, kurang olahraga, merokok, umur, atau genetika—maka aliran darah ke penis adalah yang pertama kalinya tersumbat. Kalau tersumbat, tidak mungkin penis bisa ereksi.
Jika keraknya terus bertambah, arteri yang lebih besar mulai ikut terganggu, misalnya arteri yang membawa darah keluar-masuk jantung. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian mendadak, katanya.
Itulah alasan mengapa penting memeriksakan ED ke dokter. Jika waspada kepada gejala awal, orang dapat memperbaiki masalah kardiovaskular sebelum menjadi fatal.
Jika terus-menerus ‘gagal tayang’ hingga 3 bulan lamanya, buatlah perjanjian dengan dokter. Ceritakanlah tentang masalah ereksi ini sedini mungkin supaya sang dokter memiliki waktu yang cukup untuk memeriksanya, lanjut Dr. Köhler.
Jika arteri tersumbat memang menjadi biang keladinya, maka diet yang tepat dan olahraga dapat mengurangi kerusakannya dan penis dapat kembali berjaya, walaupun bisa juga diresepkan obat semisal Viagra oleh sang dokter.