Sukses

Jaga Kesehatan Pencernaan dengan 5 Hal Ini

Makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh manusia setiap harinya mempengaruhi sistem pencernaan yang sehat.

Liputan6.com, Jakarta Buang gas atau kentut adalah hal yang normal dan wajar. Gas berlebih pada tubuh yang keluar dari saluran pencernaan sangat perlu dibuang demi kesehatan badan manusia.

Pencernaan yang melibatkan bagian usus dalam perut dapat mengeluarkan tinja yang sehat dan tidak, dalam artian pencernaan yang sehat menghasilkan tinja yang tidak berdarah atau berwarna terlalu pekat.

Jika Anda menemukan kejanggalan pada tinja Anda maka tak menutup kemungkinan adanya kesalahan pada pencernaan tubuh Anda, seperti yang dilansir Prevention ditulis Rabu (30/12/2015), berikut hal yang perlu diketahui mengenai pencernaan.

2 dari 3 halaman

Perhatikan Feses dan Gas

1. Perhatikan tinja. Setelah buang air besar jangan langsung menyiram tinja, perhatikan bentuk dan warna tinja yang telah Anda keluarkan. Jika warna berubah menjadi terlalu hitam berarti terjadi pendarahan di suatu tempat saluran pencernaan, jelas Rebekah Gross, MD, asisten profeor klinis dari Gastroenterologi di NYU Langone Medical Center.

Perubahaan warna pada tinja dapat menjadi salah satu penyebab wasir atau polip pada usus, atau juga adanya efek samping dari program diet yang dilakukan seseorang, bahkan pertanda kanker kolon.

2. Buang gas hal normal. Makanan dan minuman yang dikonsumsi seseorang berpengaruh pada bau gas yang di keluarkan. Gina Sam, MD, MPH, direktur gastrointestinal motilitas center di rumah sakit Mount Sinai - New York mengatakan, "Zat pada makanan memberikan bakteri yang hidup di dalam usus manusia, dan kemudian menghasilkan gas berlebih".

Jika bau pada gas tidak normal bahkan menghasilkan bau yang sangat tidak sedap, diperlukan antibiotik khusus untuk memulihkannya.

3 dari 3 halaman

Beragam Kelainan Pencernaan

3. Akibat alergi gluten. Protein yang ditemukan dalam gandum dapat menyebabkan penyakit seliaka, yang menyerang autoimun yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh yang menganggap adanya benda asing di dalam tubuh.

Sekitar 1 persen dari populasi dunia memiliki kondisi ini, di mana sistem kekebalam tubuh menyerang usus kecil sehingga penderitanya mengalami kembung. Namun jika tidak memiliki riwayat gangguan autoimun dalam keluarga, kemungkinan besar terjadi gangguan pencernaan akibat alergi terhadap gluten.

4. Terapi membantu kesehatan perut. Ada faktor psikologis yang mempengaruhi sistem saraf pada usus dan reseptor terkait dengan saraf yang bekerja sama dengan otak dan sumsum tulang belakang manusia. Dengan terapi, masalah pencernaan atau gastrointestinal dapat diobati secara efektif.

"Terapi perilaku kognitif ini dapat membantu beberapa pasien dalam mengatasi masalah pencernaan kronisnya," Sam menambahkan.

5. Pengobatan membutuhkan kesabaran. Dokter bukan ingin menyiksa pasien, tetapi ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat diagnosis yang akurat sehingga pasien bisa mendapatkan pengobatan yang sesuai dan kesehatan yang maksimal.

Gejala seperti gas, kembung, dan sakit perut bisa menandakan sindrom iritasi usus, yang bisa juga menjadi tanda penyakit radang usus. "Sebuah pencernaan akan diteliti menyeluruh mulai dari aliran darah yang bekerja, pemeriksa feses, dan jika perlu, melakukan sinar-X, endoskopi atau kolonoskopi, dan bahkan biopsi untuk mencari tahu apa yang salah," jelas Sam.*

X