Liputan6.com, Paris - Kabar melegakan. Ternyata kecemasan tidak selalu buruk. Ketika menghadapi bahaya, kecemasan dapat menjadi ‘indra ke 6’ bagi seseorang.
Sebuah penelitian yang dipaparkan dalam jurnal eLife mengatakan bahwa orang yang cemas secara alamiah ditengarai memproses ancaman di daerah otak yang berbeda daripada orang yang lebih santai.
Baca Juga
Dikutip dari webMD pada Kamis (31/12/2015), inilah untuk pertama kalinya kita mengetahui bagian otak tertentu yang terlibat dengan fenomena kecemasan.
Advertisement
Sejumlah penelitian sebelumnya menduga bahwa kecemasan dapat membuat orang menjadi terlalu peka kepada tanda-tanda ancaman. Namun begitu, penelitian terkini menduga bahwa perbedaan yang ada itu dapat membawa manfaat.
Baca Juga
Para peneliti mendapai bahwa orang yang lebih cemas memproses ancaman menggunakan sirkuit motor—yaitu wilayah otak yang bertanggungjawab pada tindakan. Di sisi lain, orang yang kurang cemas memproses ancaman di sirkuit sensori yang bertanggungjawab pada pengenalan wajah.
Untuk menguji teori mereka, para peneliti meminta 24 sukarelawan yang diminta untuk menentukan apakah wajah rekayasa digital yang disodorkan kepada mereka menunjukkan ‘kemarahan’ atau ‘ketakutan’.
Beberapa wajah ditampilkan dengan ekspresi yang benar-benar sama tapi arah tatapannya diatur supaya wajah-wajah itu seakan-akan sedang melihat kepada para sukarelawan, sedangkan wajah-wajah lain diarahkan ’melihat’ ke arah lain. Sinyal-sinyal listrik yang diukur di otak para peserta kemudian dianalisa.
Diteliti melalui ekspresi wajah
Ekspresi wajah memang dapat disalahtafsirkan, tapi para peneliti mengatakan bahwa mereka telah berhasil mencirikan apa yang membuat seseorang tampak sedang marah.
Mereka menemukan bahwa ekspresi marah yang dipadukan dengan tatapan langsung menghasilkan tanggapan di otak hanya selama 200 milidetik—lebih tinggi daripada ketika dihadapkan pad orang marah sedang melihat ke satu sisi.
Dalam pernyataannya, peneliti Marwa El Zein dari Lembaga Penelitian Kesehatan dan Kedokteran Prancis, mengatakan, “Di tengah keramaian, seseorang akan menjadi sangat peka terhadap wajah marah yang melihat ke arahnya, dan akan kurang mawas kepada orang marah yang melihat ke arah lain.”
Para peneliti jug menemukan bahwa jika seseorang menampakkan ketakutan dan menoleh ke arah lain, orang-orang mendeteksi hal itu secara lebih dini dibandingkan dengan orang yang memperlihatkan emosi yang lebih positif.
Mereka mengatakan bahwa hal ini membantu naluri untuk menyintas dengan cara mendeteksi ancaman kepada pihak lain yang dapat menjadi tanda bahan bagi diri mereka sendiri.
“Kontras dengan penelitian sebelumnya, temuan-temuan kami menunjukkan bahwa otak menyediakan lebih banyak sumberdaya pemrosesan emosi negatif yang menandakan ancaman, daripada tampilan emosi negatif lainnya,” lanjutnya.
Advertisement