Liputan6.com, Jakarta Pemberitaan kasus bullying atau perundungan pada anak-anak di media massa makin marak dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data komunitas anak muda yang berfokus pada gerakan anti-bullying "Sudah Dong", sekitar 90 persen pelajar kelas 4 SD sampai 2 SMP melaporkan mereka telah menjadi korban bullying di sekolahnya. Bahkan 10 persen siswa keluar atau pindah sekolah karena menghindari perundungan.
Baca Juga
Menurut psikolog klinis dari Sanatorium Dharmawangsa, Liza Marielly Djaprie ada beberapa hal yang menyebabkan kasus perundungan sering terjadi pada anak-anak.
Pertama, karena faktor stres. Padatnya kegiatan anak-anak mulai dari pendidikan formal, non-formal, bahkan ada les di Sabtu - Minggu membuat mereka jadi stres sekali.
Advertisement
"Kondisi stres membuat mereka melampiaskan perasaan itu kepada orang lain. Itu sama seperti orang dewasa " terang Liza dalam acara yang digelar Coca Cola di Jakarta pada Rabu (13/1/2015).
Kedua, kompetisi yang semakin ketat dalam kehidupan anak. "Misalnya orangtuanya bicara begini, 'Dia bisa seperti ini, bisa seperti itu, kamu juga bisa'. Hal-hal seperti itu membuat tingkatan stres yang luar biasa tinggi buat anak-anak," tambah wanita yang juga hipnoterapis ini.
Ketiga, anak-anak zaman sekarang tidak memiliki waktu bermain. Padahal pada saat bermain anak belajar sesuatu seperti toleransi, tenggang rasa dan menolong.
"Pada saat bermain itu ada konsep pembentukan kecerdasan emosional. Itu semakin lama yang tidak ada dalam sistem kurikulum di Indonesia," paparnya lagi.