Sukses

10 Fakta Ambivert, Tipe Kepribadian di Tengah-tengah

Berdasarkan beberapa penelitian sebanyak dua pertiga dari kita masuk ke dalam kategori kepribadian ambivert.

Liputan6.com, Jakarta Pernahkah Anda mendengar tipe kepribadian ambivert? Istilah tersebut bukan hal yang baru. Psikolog belum mulai menggunakan istilah "ambivert" sampai tahun 1940-an.

Seorang psikiater Swiss Carl Jung mempopulerkan konsep ekstrovert dan introvert pada awal 1920-an. Jung juga mengidentifikasi kelompok ketiga pada waktu itu, tetapi tidak memberikan nama.

Ambivert ini merupakan introver-ekstrovert hibrida. Berdasarkan beberapa penelitian sebanyak dua pertiga dari kita masuk ke dalam kategori ini.

Menurut psikolog, orang ekstrovert senang berada di antara banyak orang dan sering menjadi pusat perhatian. Mereka sering bosan atau gelisah ketika sendirian. Di sisi lain, introvert lebih suka sendirian, atau hanya bersama satu teman atau sekelompok kecil orang. Mereka merasa lelah ketika berada di kerumunan orang. Tapi orang ambivert memilik ciri-ciri ekstrovert dan introvert.

Adam Grant, seorang psikolog organisasi dan profesor psikologi di University of Pennsylvania Wharton School, menjelaskan ambivert mungkin lebih baik dibanding introvert dan ekstrovert dalam memahami emosi orang lain. Kemampuan itulah yang membuat orang dengan kepribadian ambivert menjadi orangtua dan pasangan yang lebih baik.

Berikut beberapa fakta tentang kepribadian ambivert seperti dilansir TheStir, Jumat (29/1/2016):

1. Jumlah orang dengan tipe ambivert lebih banyak dari yang Anda pikirkan. Sekitar 38 persen dari kita masuk di dalamnya.

2. Ambivert berbagi sifat dengan introvert dan extrovert. Jika Anda seorang ambivert, Anda punya kemampuan untuk bersosialisasi (seperti ekstrovert). Namun, dapat mengendalikan diri dalam kesendirian.

3. Menjadi ambivert berarti memiliki kepribadian yang fleksibel. Mereka bisa bolak-balik antara introvert dan ekstrovert atau netral berada di tengah-tengah. Ambivert mudah beradaptasi dengan situasi baru.

4. Kadang-kadang, ambivert tidak yakin dengan kepribadian mereka. Karena itu, mereka kadang-kadang bisa merasa terjebak, tidak tahu bagaimana harus bertindak atau kapan waktunya untuk berkumpul kembali dan mencoba sesuatu yang berbeda.

5. Menjadi pedagang hebat. Sebuah studi di Wharton School menemukan orang-orang yang memiliki kepribadian di tengah introvert dan ekstrovert mampu melakukan penjualan terbaik dan membawa uang paling banyak. Alasannya mereka cukup antusias terlibat dengan banyak orang tanpa muncul perasaan sombong.

6. Merasa nyaman di mana saja adalah tanda tanda dari ambivert. Kita semua memiliki ambang yang berbeda. Misalnya, introvert lebih senang dengan suasana hening, sangat sedikit kebisingan dan aktivitas, sehingga mereka lebih memilih sendirian atau dalam damai, di daerah tenang. Ekstrovert mendambakan rangsangan lebih banyak dalam hidup mereka.

7. Intuisi adalah bagian dari seorang ambivert. Tidak seperti ekstrovert yang kadang-kadang sulit mengetahui kapan harus berhenti berbicara, dan introvert yang mungkin memilih untuk tidak berbicara, ambivert secara naluriah tahu kapan harus mendengarkan dan kapan harus diam.

8. Ambivert adalah "emosional bilingual" atau bisa membaca emosi orang. Karena itu ambivert memiliki berbagai keterampilan dan dapat terhubung dengan jangkauan yang lebih luas.

9. Ambiverts bertindak unik pada media sosial. Menurut sebuah studi dari Arcadia University, ekstrovert lebih banyak posting pada media sosial dan cenderung berhubungan dengan orang yang mereka tak kenal, sedangkan introvert sebagian besar temannya hanya teman dan keluarga. Sementara Ambivert tidak seperti kedua tipe kepribadian tersebut dan hanya melakukan hal sesuai diri mereka sendiri.

10. Ambivert mungkin memiliki keunggulan ketika menjadi orangtua dan dalam pernikahan. Itu karena mereka pintar dalam memberi dan menerima.