Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa tinggi badan dapat menentukan risiko pengembangan kondisi kesehatan kronis.
Studi yang dilakukan Harvard School of Public Health and Medical School dan German Center for Diabetes Research menunjukkan, tubuh tinggi memiliki dampak terkait kematian dan juga penyakit tertentu akibat massa lemak pada tubuh juga faktor modulasi lainnya.
Baca Juga
Lebih Tinggi dari Orangtua dan Keempat Kakaknya, Kemunculan Barron Trump, di Pidato Klaim Kemenangan Donald Trump Bikin Salah Fokus
Jeremy Gohier, Pemain Berusia 13 Tahun Asal Kanada dengan Tinggi 185 Cm
Sedang Viral, Intip Profil Mega Putri Aulia sang Mantan Artis yang Sudah Hijrah dan Kini Cantik Berhijab
Baca Juga
Matthias Schulze dari German Institute of Human Nutrition di Potsdam (DIfE) mengatakan bahwa data epidemiologi per 6,5 sentimeter (pada tinggi badan) membawa risiko mortalitas kardiovaskular menurun sebanyak 6 persen, namun angka kematian akibat kanker justru meningkat sebesar 4 persen. Dilansir dari laman The Health Site, Kamis (4/2/2016).
Advertisement
Para penulis menduga bahwa peningkatan tinggi badan merupakan penanda kelebihan gizi di masa pertumbuhan, yang berasal dari makanan berkalori tinggi dan juga makanan kaya akan protein hewani.
Data pun menunjukkan orang-orang tinggi akan lebih sensitif terhadap insulin, namun orang tinggi memiliki kandungan lemak pada hati yang lebih rendah, sehingga lebih rendah pula risiko terserang risiko penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
Mengingat faktor pertumbuhan yang berpengaruh terhadap tinggi badan hingga dewasa, para ilmuwan menyarankan agar para dokter khususnya, lebih sadar akan fakta-fakta terkait tinggi badan dengan ragam penyakit seperti jantung hingga risiko kanker.
Meski begitu, temuan ini akan terus dikaji lebih lanjut dalam menemukan jawaban pasti atas tinggi badan yang membawa pengaruh besar terhadap risiko kanker.