Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 3 juta wanita berusia 15 sampai 44 tahun tidak menggunakan kontrasepsi saat bercinta dan terus mengonsumsi minuman alkohol.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan ini adalah masalah besar yang mengakibatkan risiko gangguan fetal alkohol syndrome (FASD) di masa kehamilan.
Baca Juga
Baca Juga
American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) mengatakan, "Selama kehamilan hati dan otak dari janin akan cepat tercemar dengan alkohol melalui plasentanya, sehingga menyebabkan kelahiran bayi cacat juga gangguan dalam perkembangannya", ujar Mark S. DeFrancesco, gelar M.D., MBA, presiden dari ACOG, dilansir dari laman Parents, Minggu (7/2/2016).
Advertisement
Fakta ini diharapkan bisa membuat wanita berhenti mengonsumsi alkohol untuk keselamatan bayinya.
CDC melihat hal yang tidak masuk akal ketika wanita terlihat bukan sebagai manusia otonom melainkan seperti mesin pembuat bayi yang harus siap untuk melahirkan anak setiap saat.
Akibat hal tersebut, CDC ingin mencegah wanita mengonsumsi alkohol untuk mencegah gangguan pada janin dan mengurangi anak-anak yang lahir dengan cacat.
Kesulitannya adalah sekitar setengah dari seluruh kehamilan wanita di Amerika tidak direncanakan, dijelaskan oleh Anna Schuchat, wakil direktur utama dari Centers for Disease Control and Prevention. Meski para wanita mengontrol kehamilannya namun mereka tidak akan pernah tahu kehadiran janin di bulan pertama, jika mereka terus mengkonsumsi alkohol. Dan satu bulan merupakan waktu yang cukup untuk meningkatkan potensi kerusakan janin.