Liputan6.com, Jakarta Rasa putus asa dan jatuh cinta ternyata tak jauh berbeda ciri-cirinya, seperti telapak tangan berkeringat, jantung berdebar, lidah sulit berucap, dan tak bisa berpikir jernih. Semua itu terjadi begitu saja saat merasakan kedua perasaan tersebut.Â
Menurut penelitian, hal ini terjadi karena manusia memiliki perasaan juga kognitif yang kompleks. Jadi ketika seseorang merasakan kondisi tersebut otak berperan menampilkannya lewat fisik.
Baca Juga
Baca Juga
Seperti dikutip laman Huffington Post, Rabu (10/2/2016), lebih dari 12 area otak bekerja sama untuk menghasilkan perasaan cinta lewat fisik. Menurut penelitian 'The Neuroimaging of Love', rasa cinta mengaktifkan bagian otak yang memiliki peran yang sama ketika seseorang merasakan euforia.
Advertisement
Sebuah studi menggunakan functional magnetic resonance imaging (fMRI) scan yang menemukan cinta mengaktifkan sistem reward otak manusia dalam cara yang sama seperti pengaruh kokain atau nikotin.
Otak manusia yang sedang jatuh cinta seketika meningkatkan sel kimia dalam otak seperti dopamin, oksitosin, adrenalin, dan vasopressin.
Penelitian juga menunjukkan rasa cinta terhadap pasangan dan ibu mengaktifkan area otak yang berbeda. Penelitian menggunakan Electroencephalography (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik otak manusia dan hasil dalam gambar menunjukkan otak seperti mendapat rangsangan elektrik dalam 200 milidetik pada satu area otak.
Hal ini jelas menunjukkan manusia yang tengah jatuh cinta bagai tersambar petir.