Sukses

Kenapa Fogging Jadi Kurang Berhasil untuk Tangani DBD?

Belakangan ini melakukan fogging untuk mengatasi DBD menjadi kurang efektif, kenapa?

Liputan6.com, Jakarta Salah satu upaya untuk memutus rantai penularan DBD di rumah-rumah adalah dengan melakukan fogging. Namun belakangan cara ini ternyata kurang efektif dan kasus DBD kian meningkat. Ada apa?

Menurut ahli parasitologi, Prof. dr. Saleha Sungkar, DAP&E, MS, Sp. ParK, ada sejumlah faktor yang membuat fogging tidak efektif misalnya karena langkah ini dilakukan hanya di depan rumah, tak sampai masuk ke dalam. 

"Sifat nyamuk Aedes aegypti itu senang dengan bau manusia, membuatnya lebih sering hinggap atau istirahat di kamar tidur, terutama di balik lemari atau pakaian tergantung. Ada upaya fogging tapi masyarakat saat ini suka enggak mau asapnya masuk rumah, karena takut lantai licin, makanan keracunan, jadinya fogging cuma di luar rumah atau selokan. Ini yang bikin fogging tidak pernah berhasil," katanya saat diskusi panel virus Zika di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Saleha mengatakan, nyamuk Aedes aegypti cerdas. Dia bisa masuk ke rumah dan aktif menghisap darah manusia antara pukul 08.00-10.00 dan 15.00-17.00. Karenanya akan lebih baik bila fogging dilakukan siang hari karena nyamuk yang berkeliaran malam itu merupakan jenis nyamuk molecules.

Kendati demikian, dia menekankan fogging tidak boleh secara rutin dilakukan. "Fogging hanya untuk epidemic situation. Selain mahal, asapnya menimbulkan resistensi dan mencemari lingkungan."

"Marilah melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3 M (Menguras, Mengubur dan Menutup). Jangan mengandalkan fogging kalau tidak wabah," pungkasnya.

Video Terkini