Liputan6.com, New York - Di masa kecil, ada permainan anak-anak ‘ayo mengekor’ dan ternyata beberapa tahun kemudian kebanyakan orang masih terus melakukan permainan itu dalam dunia perusahaan dan politik.
Dikutip dari tulisan lawas fastcompany.com pada Jumat (19/2/2016), kebiasaan mengekor itu boleh-boleh saja asalkan sang pemimpin juga mengerti kepentingan kita. Namun bagaimana kalau bukan demikian halnya? Bisakah kita melepaskan diri dari cengkeraman orang yang demikian?
Baca Juga
Baca Juga
Pemimpin yang buruk ada di mana-mana. Mereka memanfaatkan kelemahan psikologis kita dan memanipulasi kita untuk keuntungan mereka.
Advertisement
Menandai ciri seorang pemimpin buruk memang mudah, kata Jean Lipman-Blumen, penulis buku The Allure of Toxic Leaders terbitan Oxford University Press (2004). Lihatlah seseorang yang memiliki karisma yang buruk, berkarakter lemah, haus pujian dan terlalu memandang tinggi diri sendiri.
Namun demikian, justru cara menghadapi orang-orang seperti itulah yang tidak mudah. Penulis itu membeberkan sejumlah kiat seperti berikut:
Jangan sendirian
Sherron Watkins, pembocor (whisteblower) skandal Enron beberapa tahun lalu, memberikan contoh tentang apa yang tidak boleh dilakukan dalam lingkungan yang buruk.
Pemimpin yang buruk kemungkinan besar menangani sebagian besar organisasi. Kalau dihadapi sendirian memang terlihat hebat, tapi bersiaplah menghadapi kemandegan secara profesi atau sosial.
Penulis itu memperingatkan, “Kalau kamu mencoba bersuara tanpa dukungan orang lain di dalam organisasi seringkali kamu malah didepak.”
Tuntut pertanggungjawaban
Mintalah atasan taat kepada suatu standar tanggungjawab dengan mengetahui tentang siapa yang diajak bicara untuk suatu keputusan, kegunaan pembuatan keputusan, dan apakah atasan bisa mengaku salah.
Tidak ada seorangpun yang sempurna, dan atasan yang tidak mengakui itu adalah seseorang yang tidak jujur.
Seperti dituliskan oleh Lipman-Blumen, “Para pemimpin yang tidak mampu berhadapan dengan kesalahan mereka sendiri kemungkinan bukan pemimpin yang bisa kita percayakan dengan keputusan-keputusan yang berdampak kepada hidup kita.”
Kendalikan diri
Ketika berhadapan dengan atasan yang buruk, pastikan kita tidak ikut-ikut menjadi pegawai yang juga buruk.
Kelompok seringkali bertanggungjawab telah mendorong para pemimpin mereka sehingga membuat keputusan-keputusan sembrono dan tidak sehat, dan akhirnya keseluruhan organisasi teracuni.
Seseorang bisa terhindar dari ikut serta menambah kekacauan dengan cara membatasi diri kepada kepentingan masa depan kelompok dan bukan sekadar jalan pintas.