Sukses

Pengetahuan P3K Pendaki Indonesia Cenderung Minim

Saat akan mendaki gunung, bukan hanya perlu persiapan fisik tapi juga mental.

Liputan6.com, Jakarta Saat akan mendaki gunung, bukan hanya perlu persiapan fisik tapi juga mental. Dalam arti, semua orang harus siap saat terjadi suatu hal di luar perkiraan. Untuk itu, penting bagi mereka yang ingin mendaki dibekali persiapan keamanan diri atau pertolongan pertama.

Begitu disampaikan praktisi Wilderness Medicine, Dr Chandra Sembiring saat menyambangi kantor Redaksi Liputan6.com di kawasan Senayan, Jakarta, Jumat (19/2/2016).

"Zaman saya, orang yang mau mendaki 1-2 tim karena jarang tertarik ke gunung. Sekarang, animo anak muda, pendaki kantoran sampai anak SMP mengaku pendaki tapi nggak ada yang tahu how to prepare safety. Hampir banyak kematian di gunung saya coba lihat masalahnya bukan masalah besar kayak hipotermia karena kedinginan dan dehidrasi," katanya.

Selebihnya, kata dia, tak sedikit dari mereka bukan pecinta alam. Alih-alih menyukai traveling tapi mereka justru merusak alam. "Miris. Padahal kalau mereka kenal dan tahu apa yang harus mereka lakukan, hal seperti ini nggak terjadi," ungkapnya.

"Mempersiapkan safety-penanganan pertama juga berlaku di pantai saat diving atau berada di alam liar. Tapi banyak orang menganggap 'Itu bukan bagian saya, itu dokter'. Padahal kalau mereka berada di lingkungan ekstrem mereka harus tahu dan siap," jelasnya.

Dokter yang terjun langsung dalam bencana meletusnya Gunung Merapi, Mentawai, Kelud, Sinabung, banjir Jakarta, hingga jatuhnya pesawat Sukhoi ini hingga sekarang masih melakukan pelatihan medis di alam liar (Wilderness Medicine) untuk awam dan medis yang akan mendaki gunung atau turun ke daerah bencana.

"Saya selama ini mendidik pecinta alam, komunitas, outdoor festival dan bicara bagaimana safety persiapan perjalanan, ekspedisi. Semoga dengan begitu mereka lebih aware dan bisa lebih mempersiapkan diri sebelum mendaki gunung atau saat berada dalam alam ekstrem," pungkasnya.