Liputan6.com, Jakarta Pengalaman hidup mengantar Arsaningsih menjadi seorang penyembuh jiwa menggunakan konsep energi.
Selain gift pemberian sang pencipta, keahlian ini diperoleh wanita berumur 48 tahun dengan mempelajari metode GMCKS (Grand Master Choa Kok Sui) di Jakarta, Jerman, Singapura, Philipina, dan India sampai di tingkatan Arhatik level 2.
"Awalnya untuk penyembuhan saya secara fisik. Karena saya termasuk orang yang sakit-sakitan. Saya pernah delapan kali operasi, pernah stroke dua kali, serangan jantung, sampai akhirnya saya sehat," ujar Arsaningsih di Redaksi Liputan6.com, SCTV Tower, Senayan City, Jakarta, Selasa (1/3/2016)
Advertisement
Arsaningsih, Sarjana Ekonomi Manajemen Untag Semarang, memilih ilmu dengan dasar energi karena ia percaya kehidupan manusia berdasar pada konsep energi. "Jadi, energi yang terpancar dari seseorang, bisa saya gunakan mengukur kedalaman hati mereka. Juga kegalauan, kemarahan, dan proses pemikiran-pemikiran yang terpendam," kataArsaningsih menjelaskan.Â
Baca Juga
Dengan metode yang disebut soul meters ini ia gunakan untuk proses mengenali diri sendiri. Menurut Arsaningsih, ketika seseorang mampu mengukur kedalaman batin sendiri, lebih mampu memilih mana yang negatif dan positif.
"Yang negatif kita delete, yang positif kita optimalkan sehingga dalam proses kehidupan sehari-hari cenderung berdamai dengan kondisi-kondisi yang harus kita terima," kata dia.
Dulu Arsaningsih pernah terpuruk akibat kondisi tubuhnya. Ia sempat mengalami kelainan hormonal yang mengharuskan Arsaningsih remaja menjalani terapi hormon. "Masalah hormon ini membuat saya kacau dan menjadi tidak nyaman," kata Arsaningsih. Secara fisik, Arsaningsih terlahir sebagai seorang perempuan. Namun di tubuhnya ada hormon pria yang lebih mendominasi.
Ditambah masalah hati, Arsaningsih harus sekolah di rumah karena akan lebih sering absen jika masih bersekolah seperti anak-anak normal lainnya.
"Kondisi itu yang membuat saya depresi dan stres sendiri," kata Arsaningsih ibu dari dua putra dan dua putri hasil pernikahan dengan seorang dokter spesialis kandungan.
Ketika sudah mempelajari energi untuk mengenali kekurangan dirinya sendiri, perlahan kondisinya membaik. Sejak saat itu, Arsaningsih berserah dan berusaha ikhlas, apapun kondisi yang Tuhan kasih.
"Tuhan mau saya berserah lebih dalam. Saya benar-benar merasakan mukjizat Tuhan hadir secara energi. Dari situ saya lagi-lagi belajar, setiap orang bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Akhirnya saya menyadari, selama ini tidak menghargai tubuh dan fisik saya sendiri," kata dia.
Menurutnya, pola pikir yang salah juga menyebabkan tubuh yang bermasalah. Lewat SOUL, kependekan dari Spirit of Universal Life, Arsaningsih yang dikenal dengan panggilan Bunda Arsaningsih kini menjadi pelayan untuk jiwa-jiwa yang rapuh, stres, terluka. Ia menciptakan pemahaman SOUL yaitu pemahaman pengukuran dengan energi yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari di segala bidang.
Perempuan kelahiran Yogyakarta 1968 ini telah menyebarkan pemahaman SOUL ke puluhan ribu jiwa melalui berbagai workshop SOUL hingga memiliki murid yang tersebar di Indonesia dan sejumlah negara.
Di akhir percakapan Bunda Arsaningsih menekankan pentingnya menjaga jiwa dari kemarahan, kekecewaan dan kebencian.
Â
Â
 Â