Liputan6.com, Jakarta Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman kesehatan yang pertumbuhannya cepat di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak, UKK Infeksi Tropis IDAI (2014), Indonesia termasuk kategori A (endemik tinggi). Artinya, penyakit DBD merupakan alasan utama rawat inap dan salah satu penyebab utama kematian pada anak.
"KasusDBD itu tidak selesai-selesai. Orang sekarang, kalau berbicaraDBD, semuanya panik. Sedangkan yang terjadi 27 tahun lalu, dengueshock adalah hal yang paling menakutkan bagi dokter," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), DR dr Aman BPulungan,SpA(K).Â
Baca Juga
Baca Juga
Menurut Aman, meski angka kematian bisa dikatakan tidak sampai satu persen, tapi secara menyeluruh DBD adalah masalah serius.
Advertisement
Demam berdarah dengue, lanjut Aman, dapat menyerang siapa saja. Tidak melihat status ekonominya. Orang biasa, praktisi seperti dirinya, artis, dan anggota dewan juga bisa terkena penyakit ini.
"Anak saya dua. Anak pertama saya, tiga kali dirawat karena dengue. Anak kedua dirawat karena dengue dua kali. Lalu saya dan istri saya juga pernah kena dengue. Jadi, DBD itu tidak mengenal siapa saja," kata Aman dalam Peluncuran Gerakan Bersama Melawan Demam Berdarah di kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (3/3/2016)
Bahkan, lokasi terpapar virus dengue bisa di mana saja. "Di kantor pun bisa kena DBD. Itulah tanggungjawab seluruh kantor, tidak boleh ada jentik di kantor," kata Aman menekankan.