Liputan6.com, Jakarta Tepat pada 9 Maret 2016, sebagian besar masyarakat yang tinggal wilayah Pasifik, meliputi Indonesia, Malaysia, dan negara-negara lainnya di Asia Tenggara dan Benua Australia dapat melihat Gerhana Matahari Total. Fenomena ini diprediksi hanya terjadi 33 tahun sekali.
Kesempatan ini pun tidak disia-siakan sejumlah astronom dari berbagai belahan dunia. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyatakan setidaknya 150 astronom asal Amerika Serikat akan berkunjung ke Kabupaten Belitung untuk menyaksikan gerhana matahari total (GMT).
Dari perspektif awam, fenomena langka ini ternyata dibarengi dengan antusiasme masyarakat yang melihat gerhana matahari. Mereka rela membeli kacamata dan kemudian berbondong-bondong mendatangi daerah yang dilewati GMT. Sejumlah daerah bahkan menyiapkan festival untuk semakin menyemarakkan fenomena ini.
Advertisement
Namun ada sejumlah catatan mungkin perlu dipertimbangkan, seperti misalnya radiasi matahari yang dapat merusak mata. Dari berbagai sumber, saat sinar matahari tertutup oleh bulan, langit akan terlihat gelap dan tidak terasa silau. Namun ukuran pupil mata menjadi lebih lebar sehingga semakin banyak sinar matahari yang masuk ke dalam mata. Akibatnya, semakin besar pula risiko kerusakan retina.Â
Baca Juga
Yang menarik, laman National Aeronautics and Space Administration (NASA) menyebutkan, beberapa penelitian memang membuktikan bahaya gerhana matahari. Namun perlu digarisbawahi, yang berbahaya itu ketika matahari tidak tertutup sempurna atau terlihat sebagian (partial or annular eclipse). Jadi ketika matahari itu terbungkus total oleh bulan, bisa dikatakan hal ini aman dilihat oleh mata telanjang.
"The only time that the Sun can be viewed safely with the naked eye is during a total eclipse, when the Moon completely covers the disk of the Sun. It is never safe to look at a partial or annular eclipse, or the partial phases of a total solar eclipse, without the proper equipment and techniques."
(Waktu yang paling tepat menyaksikan gerhana matahari adalah saat matahari tertutup total, ketika bulan benar-benar menutup sempurna seluruh bagian matahari. Yang tidak aman itu melihat gerhana sebagian tanpa peralatan yang tepat dan teknik khusus).
NASA pun mencatat beberapa peralatan yang dapat digunakan untuk melihat gerhana seperti proyektor. "Bahkan ketika 99 persen permukaan matahari (fotosfer) tertutup selama fase parsial gerhana matahari, cahaya dari bulan sabit yang tersisa masih cukup kuat menyebabkan luka bakar pada retina. Cara yang paling aman dan murah adalah menggunakan proyektor melalui teropong atau teleskop kecil yang terpasang pada tripod untuk memproyeksikan gambar dari matahari ke layar putih.
Kedua, menggunakan filter yang dirancang khusus untuk melindungi mata. Kebanyakan filter tersebut memiliki lapisan tipis kromium atau aluminium yang diendapkan dapat melemahkan radiasi. Sebuah filter yang aman harus mengirimkan kurang dari 0,003 persen cahaya (380-780 nm) dan tidak lebih dari 0,5 persen dari radiasi inframerah dekat (780-1400 nm).
Salah satu filter yang paling banyak tersedia untuk melihat matahari yang aman adalah kaca warna nomor 14 tukang las, yang dapat diperoleh dari toko pengelasan. Meski begitu, banyak pengamat tata surya berpengalaman menggunakan satu atau dua lapisan film hitam-putih yang telah dikembangkan menjadi filter pelindung. Jadi bisa dipikirkan ulang, bagaimana kacamata hitam biasa tidak menampung efek radiasi. Beberapa ahli juga menggunakan lapisan compact disk (CD) yang bisa menghambat paparan radiasi namun ternyata lapisan ini juga tidak cukup melindungi mata.
Namun, pada situsnya NASA menegaskan, "Meskipun ada sejumlah rekomendasi pencegahan kerusakan mata, namun gerhana matahari total itu aman dan bisa dilihat tanpa filter apapun. Pandangan mata telanjang dari totalitas tidak hanya benar-benar aman, itu benar-benar dan sangat menakjubkan!"