Sukses

Pemijat Tunanetra Ini Sukses Kuliahkan Anak Hingga S1

'Anak tunanetra tak selalu menjad pengamen. Ini bukti bahwa tuna netra bisa menyekolahkan anak-anaknya'

Liputan6.com, Jakarta Tak mampu melihat bukan halangan bagi Ali Amran (50) untuk bekerja keras. Bekal keahlian memijat yang ia dapatkan lewat training dari Departemen Sosial jadi jalan pria tunanetra mencari uang. Bahkan Ali Amran sampai bisa menyekolahkan anaknya hingga lulus sarjana strata 1.

"Dulu saya cita-citanya ingin sekolah hingga kuliah tapi orangtua saya bilang `Jangankan orang tunanetra, orang normal saja belum tentu dapat kerja dengan sekolah'. Berhubung saya tidak bisa mengejar cita-cita, saya teruskan cita-cita itu pada anak saya," tutur Amran saat ditemui ketika menunggu pelanggan di terminal Pulo Gadung Jakarta pada Kamis (11/3/2016).

Demi menyekolahkan anak, ia bekerja siang-malam demi mengumpulkan uang. Dibantu istrinya sebagai buruh cuci baju.

"Siang malam saya kerja. Bahkan dulu kadang-kadang saya nginap di tempat pelanggan. Demi memperjuangkan itu semua," tutur pria yang tinggal di Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

Perjuangannya bekerja memijat dari tahun 1990 berhasil, belum lama ini putra pertamanya meraih gelar S1. Sementara anak kedua tidak mau kuliah sehingga hanya sampai SMA, dan anak ketiga masih kelas 3 SMK.Amran menyerahkan sepenuhnya pada anak ketiganya akan kuliah atau tidak.

Semua yang ia lakukan demi membuktikan bahwa anak-anaknya, meski memiliki ayah seorang tuna netra, pun bisa jadi sarjana. "Anak tuna netra tidak harus jadi pengamen. Ini juga jadi cara mengangkat derajat tuna netra bahwa seorang tuna netra bisa menyekolahkan anak," paparnya.

Hingga kini Amran masih bekerja sebagai pemijat namun tak konvensional. Ia bergabung bersama layanan pijat tunanetra Traphy Indonesia.