Liputan6.com, Jakarta "Nak, ayo dibuka mulutnya ya, mau ya imunisasi. Nanti Ibu kasih hadiah," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyapa para balita (bawah lima tahun) ketika melakukan imunisasi polio secara simbolik kepada beberapa balita seusai pencanangan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio di Kelurahan Sawah Pulo, Kecamatan Semampir, Selasa (8/3).
Ketika wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya ini memegang pipet imunisasi polio dan hendak meneteskan dua tetes vaksin polio, ada beragam ekspresi spontan yang ditunjukkan para balita.
Baca Juga
Ada balita yang enggan membuka mulutnya, ada yang bersembunyi di sela badan ibunya, ada yang menangis, ada pula balita yang sadar kamera dan terlihat cuek ketika momen tersebut diabadikan oleh puluhan awak media dan juga jepretan kamera juru foto.
Advertisement
Satu demi satu balita yang tampak ceria dan sehat tersebut mendapatkan imunisasi polio dari Wali Kota Tri Rismaharini dengan didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita.
Tidak ketinggalan, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana juga ikut melakukan imunisasi polio kepada beberapa balita. Setelah melakukan imunisasi polio kepada beberapa balita secara simbolik, Wali Kota Tri Rismaharini lantas berpesan kepada para orang tua balita tersebut untuk rajin membawa anaknya ke posyandu.
"Ibu-ibu yang rajin bawa anaknya ke posyandu ya, agar anaknya dapat imunisasi lengkap," kata Risma.
Wali Kota Surabaya bersama Wakil Wali Kota dan jajaran kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkot Surabaya lantas berjalan kaki menuju balai RW 11 Sawah Pulo Kulon Kelurahan Ujung, Kecamatan Semampir, untuk meninjau pelaksanaan PIN polio. Di sini, Wali Kota bersama wakilnya kembali melakukan imunisasi polio kepada beberapa balita.
Rendah partisipasi
Rendah partisipasi
Dalam sambutannya ketika membuka pencananganan PIN polio, Wali Kota menyebut pemilihan Semampir sebagai lokasi pencanangan karena kawasan di Surabaya Utara ini masih rendah tingkat partisipasi imunisasinya. "Saya berharap bantuan kader, LKMK, Bunda Paud untuk mengajak warga untuk imunisasi," ujarnya.
Menurut wali kota, beberapa anak yang semasa balitanya tidak pernah mendapatkan imunisasi polio, akan mendapatkan masalah ketika dewasa seperti mengalami penyakit polio. Padahal, tutur Wali Kota, penyakit polio sebenarnya bisa dicegah bila masyarakat mau untuk membawa anaknya melakukan imunisasi.
"Itu demi anak-anak kita. Tidak boleh lagi ada anak yang belum mendapatkan imunisasi," katanya.
Kedatangan Wali Kota Risma membuat warga Sawah Pulo semakin memahami pentingnya imunisasi. Salah satunya Sairutin, warga Jalan Hang Tuah. Ibu dari Ali Abdullah Jibril (1 tahun) ini mengaku senang dengan kedatangan Risma.
"Saya selama ini rajin datang ke Posyandu untuk imunisasi anak saya. Tapi kali ini rasanya lebih senang karena ada Bu Risma," ujar ibu muda berusia 24 tahun ini.
Camat Semampir, Siti Hindun Robba, mengatakan pihak kecamatan Semampir bersama beberapa elemen masyarakat seperti para lurah, tokoh masyarakat, kader kesehatan dan pihak puskesmas, akan bersinergi untuk mendorong para orang tua balita agar lebih peduli membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi.
"Kami akan rajin melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mudah-mudahan bisa mengejar capaian di wilayah lainnya," tegas Hindun.
Menurutnya, belum tercapainya angka standar imunisasi di Semampir dikarenakan kurangnya pemahamam di masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Ada sebagian masyarakat yang memiliki persepsi salah tentang imunisasi. Semisal setelah diimunisasi, suhu badan anak akan naik (panas).
"Kami memang harus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang imunisasi ini. Kami akan menggandeng tokoh agama dan tokoh masyarakat. Apalagi sudah ada fatwa dari MUI bahwa imunisasi ini wajib hukumnya," katanya.
Advertisement
Antusiasme cukup besar
Antusiasme cukup besar
Sejumlah legislator mengapresiasi pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio serentak yang dilaksanakan di semua kelurahan di Kota Surabaya, Selasa.
"Saya mengapresiasi kegiatan PIN di Surabaya. Pada saat berkunjung ke sejumlah lokasi salah satunya di Ampel, saya melihat antusiasme warga cukup besar. Banyak para orang tua yang memiliki balita datang ke posyandu terdekat," kata anggota Komisi D DPRD Surabaya Laila Mufidah.
Meski demikian, kata dia, pihaknya menyarankan kepada Pemkot Surabaya agar lebih meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan pihaknya masih mendengar ada di antara masyarakat yang belum mengetahui program Pemerintah Pusat ini.
"Mumpung pelaksanaan PIN ini digelar selama tujuh hari (8-15 Maret) jadi masih ada waktu untuk mengedukasi masyarakat," ujarnya.
Hal sama juga dikatakan Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya Junaedi. Ia mengatakan pihaknya mendukung pelaksanaan PIN ini. "Ini program Pemerintah Pusat yang harus kita dukung bersama," ujarnya.
Ia mengatakan sempat mengunjungi pelaksanaan PIN di sejumlah lokasi di kawasan Surabaya Barat. Pelaksanaan PIN di kawasan Surabaya Barat berjalan baik dan semarak.
"Antusiasme warga Surabaya dalam PIN kali ini luar biasa. Sejumlah posyandu ramai," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita, mengatakan PIN polio dilaksanakan selama tujuh hari (8-15 Maret). Bila ada balita di Surabaya yang tidak mengikuti PIN polio pada 8 Maret, Dinkes akan mendatangi rumah dari balita itu pada 9-15 Maret untuk mengedukasi orang tuanya agar segera mengimunisasikan polio anaknya. Kegiatan ini melibatkan petugas gabungan dari Dinkes, Puskemas, sekolah kesehatan, kader kesehatan, juga guru PAUD.
"Kami sudah punya nama-nama balita yang yang harus mengikuti PIN polio ini. Jadi bila tidak datang, kami akan mendatangi rumahnya. Kami edukasi orang tuanya agar anaknya segera melakukan imunisasi," ujar Febria Rachmanita.
Di Surabaya ada 220.904 balita yang harus mengikuti PIN polio. Di Surabaya ada 2922 lokasi PIN dengan rincian 2294 di Posyandu, 63 di Puskemas, 36 di Puskemas pembantu (Pustu), 46 rumah sakit, 35 mall, 59 pasar, empat stasiun kereta api, 10 terminal, dua pelabuhan, serta 405 sekolah TK/PAUD.
Febria mengatakan, dari 154 kelurahan, ada beberapa kelurahan yang belum mencapai target sebesar 91, koma sekian persen. Rata-rata masih mencapai 80 persen. Salah satu penyebabnya karena masih ada orang tua yang memiliki pemahaman keliru tentang imunisasi.
Untuk itu, Febria berharap orang tua memiliki pemahaman dan kesadaran perihal bahaya folio. Imunisasi polio penting demi meningkatkan imunitas tubuh balita dan memberikan perlindungan secara optimal terhadap penyakit polio.
Sebab, kata dia, bila tidak mendapatkan imunisasi, rentan tertular penyakit polio. Dan bila sudah terkena polio, akan berisiko cacat seumur hidup. "Orang tua harus paham itu. Jangan ragu lagi untuk membawa balitanya ke Posko PIN," ujar pejabat yang juga dokter gigi ini. (Abdul Hakim)