Liputan6.com, Buenos Aires - Sekitar 30 tahun lalu, penguasa diktator militer Argentina terlibat dalam “Perang Kotor” yang mengakibatkan hilangnya sejumlah besar bayi-bayi di seluruh negeri. Hingga sekarang, kaum wanita yang kehilangan bayinya terus mencari di mana anak-anak mereka.
Dikutip dari Smithsonian Magazine pada Sabtu (12/3/2016) yang merujuk kepada laporan Andrew V.Pestano dari UPI, teknologi DNA membantu upaya mereka.
Baca Juga
Baca Juga
Dari 1976 hingga 1983, penguasa diktator militer Argentina menjalankan program pemusnahan para pembangkang dan lawan politik. Penguasa saat itu menyebutnya dengan “Proses Reorganisasi Nasional”, namun rakyat Argentina menyebutnya “Perang Kotor”.
Advertisement
Kebrutalan teror saat itu melenyapkan hingga sekitar 30.000 orang karena diculik, disiksa, dan dibunuh. Banyak anak menghilang atau lahir setelah ibu-ibu mereka mendapat kejahatan asusila di dalam penjara. Anak-anak sebagai akibat kejahatan asusila kemudian diadopsi oleh kalangan militer dan kepolisian yang tidak memiliki anak.
Pestano menuliskan bahwa pada 1977 sejumlah nenek yang berduka membentuk kelompok bernama Abuelas de Plaza de Mayo (Para Nenek Plaza de Mayo). Mereka bertekad menemukan 400 anak yang diculik. Hingga September 2015, mereka telah menemukan 117 anak hilang yang dimaksud.
Situs organisasi itu menjelaskan proses yang rumit, mulai dari penyidikan dokumen adopsi, catatan kelahiran dan kampanye informasi di antara bentang umur mereka yang terlibat. Pada 1980-an, para nenek itu meminta dukungan basis data genetik nasional yang menyimpan contoh darah dari kakek, nenek, dan kerabat lain anak-anak yang hilang itu.
Menurut kantor berita PRI, perjuangan para nenek ini bahkan mendorong kemajuan pencirian DNA. Sejak 1984, ahli genetik Mary-Claire King bekerja untuk organisasi itu dan menemukan cara baru untuk menggunakan DNA mitokondria yang hanya diturunkan oleh garis keturunan ibu untuk mengenali seseorang.
Cara ini sangat berguna karena banyak anak yang diculik adalah akibat kejahatan asusila oleh para petinggi polisi militer tak dikenal di tempat-tempat tahanan. Hebatnya, karena diturunkan hanya oleh garis keturunan ibu, DNA seorang nenek dapat dipakai untuk mencirikan walaupun ibu kandung anak itu sudah meninggal.
“Para nenek ini seakan membuktikan bahwa Tuhan berpihak kepada kaum wanita karena menempatkan DNA mitokondria di bumi ini khususnya untuk dimanfaatkan oleh Abuelas,” kata ahli genetik itu kepada PRI.
Tugas para nenek itu berlanjut dan mereka mengatakan tidak akan berhenti sebelum mereka menyatakan jatidiri, keluarga, dan pembebasan setiap anak yang diculik.