Sukses

Walau Lambat, Bayi Kembar Siam Dwi dan Tri Berkembang dengan Baik

Setelah berhasil dipisahkan dan keduanya telah miliki panggul masing-masing, tim operasi pemisahan bayi kembar siam tetap lakukan pantauan.

Liputan6.com, Jakarta Jenis dari kembar siam bayi Dwi Mustikawardhani dan Tri Trianawardhani yang berhasil dipisahkan oleh tim operasi dari RSCM bernama conjoined twin ischiopagu stetrapus. Kondisi ini berarti kedua bayi berada dalam keadaan bagian panggul yang menyatu.

Menurut ahli Orthopedi & Traumatologi dari RSCM, Dr. dr.AryadiKurniawan, Sp. OT(K), tulang panggul menjadi dasar kemampuan seseorang untuk berjalan. 

"Pada bayi ini panggul keduanya dibelah, sehingga setelah dibelah bagian tengahnya bertemu dan menghasilkan gap-gap itu terisi tulang baru dengan sendirinya. Namun itu tidak akan terjadi pada orang dewasa, hanya pada anak saja akan tumbuh tulang baru," ucapnya dalam jumpa pers di RSCM kemarin, ditulis Rabu (6/3/2016).

Setelah bayi berhasil dipisahkan dan keduanya telah memiliki masing-masing panggul, maka para ahli dari tim operasi pemisahan bayi kembar siam ini tetap melakukan perawatan juga memantau perkembangan kedua anak. Sebab, baik bayi Tri dan Dwi masih berada dalam usia pertumbuhan yang panjang terutama pada kemampuan berjalan di usia mereka.

"Ada masalah yang terjadi akibat perbedaan struktur tubuh yang berbeda, yaitu ada masalah dari si anak berbaring ke duduk. Umumnya anak mampu berbaring lalu duduk di usia 7 bulan dan pada pasien kini berusia 11 bulan," tutur dr. Luh K. Wahyuni, Sp. KFR (K) dari Departemen Rehabilitasi Medik RSCM.

Namun menurut Luh pasien cukup memiliki modal kekuatan otot yang tidak bermasalah dan tak ada kekhawatiran lebih untuk perkembangan bayi Dwi dan Tri. Untuk kemampuan berjalan anak, kedua pasien tentunya memiliki perbedaan yang signifikan yaitu ketertinggalan perkembangan.

"Perbedaannya memang ada tapi hanya sebatas ketinggalan, tapi menurut saya wajar ya dengan posisi seperti itu. Juga ada perbedaan pada otot perutnya, tappi itu bisa diperkuat. Otot punggungnya bagus, panggul tulangnya udah dibenerin. jadi saya sih mudah-mudahan kita kerja keras untuk enggak ada masalah," ucap Luh kepada Health-Liputan6.com.

Tak hanya sebatas pengawasan dan kemampuan anak, Luh menekankan bahwa faktor lingkungan juga mempengaruhi perkembangan bayi Tri dan Dwi.

"Seringkali perkembangan kemampuan itu tidak semata-mata disebabkan oleh masalah di anak, lingkungan juga bisa. Karena anak enggak ada masalah, tapi orangtuanya digendong melulu, dibaringkan mulu ya enggak bisa juga anaknya," kata Luh.

Namun tidak pada orangtua bayi Dwi dan Tri. Luh mengatakan orangtua dari pasien memiliki kemampuan dan usaha yang baik terhadap pemberian pengajaran, perawatan, dan pemantauan anaknya.