Liputan6.com, Jakarta Ribuan sopir taksi, bus kota, dan bajaj yang tergabung dalam Persatuan Pengemudi Angkutan Darat (PPAD) yang menggelar unjuk rasa di sejumlah ruas jalan dan beberapa titik di Ibu Kota juga melakukan tindakan anarkis.
Orang pun hanya bisa geleng-geleng melihat aksi anarkistis tersebut. Tidak hanya menurunkan penumpang di tengah jalan lalu memaksa si supir ikut berdemo, mereka pun berani menaiki baliho hanya untuk merobek iklan dari angkutan berbasis online. Bahkan demonstran tidak sungkan merusak armada taksi kawannya sendiri yang memilih mencari penumpang ketimbang ikutan demo.
Â
Baca Juga
Dari kacamata ilmu psikologi, tindakan anarkistis yang dilakukan para sopir taksi itu untuk menunjukkan ketidaksetujuan mereka terhadap satu hal tapi tidak dapat menyalurkan amarahnya ke pihak yang dituju.
"Akhirnya mereka menyalurkan emosi yang tidak tersampaikan ke pihak yang dituju ke orang-orang yang dianggap tidak solid menurut mereka. Tanpa melihat dampak ke depannya," kata Psikolog dari Tiga Generasi, Tiara Puspita kepada Health Liputan6.com, Selasa (22/3/2016)
Ditambah bisikan dari oknum-oknum tertentu yang bukan dari manajemen taksi tersebut, tindakan anarkistis seperti ini memang sulit terbendung. "Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah semua pihak harus saling mengingatkan. Mereka harus disadarkan bahwa ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mengambil kesempatan (dalam kesempitan)," ujar Tiara.