Liputan6.com, Jakarta Orang Dengan Epilepsi (ODE) seringkali mengalami keterbatasan dalam memilih jenis pekerjaan sehingga mereka harus memilih profesi khusus dan fokus pada area kerja spesifik sejak dini. Padahal tidak sedikit dari mereka yang memiliki IQ di atas rata-rata.
Begitu disampaikan Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia, Dr. Irawaty Hawari, SpS melalui siaran pers yang diterima Liputan6.com, Rabu (23/3/2016).
"Penyakit epilepsi tidak berhubungan dengan IQ, bahkan sebagian besar ODE mempunyai IQ rata-rata bahkan di atas rata-rata. Oleh karena itu, penting bagi para ODE untuk mengenali potensi yang ada pada dirinya agar mereka bisa menunjukkan kepada keluarga dan masyarakat sekitar, mereka juga dapat berprestasi," katanya.
Advertisement
Untuk itu, kata Irawaty, para orangtua penyandang epilepsi sebaiknya jangan terlalu membatasi kegiatan, pergaulan dan kreativitas anaknya, sebab faktor dukungan dari keluarga dekat atau lingkungan sekitar sangatlah besar.
" Apabila epilepsi dikelola dengan baik melalui pengobatan secara teratur, orang dengan epilepsi dapat mencapai kualitas hidup yang baik. Pihak keluarga juga harus memerhatikan hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bangkitan seperti tidur atau istirahat yang cukup, makan teratur, hindari kelelahan atau aktivitas berlebihan, hindari stres psikologis, serta hindari menonton televisi atau berada di depan komputer yang menyala dalam waktu lama," katanya.
Â
Baca Juga
Pada kesempatan yang sama, praktisi psikologi, Aska Primardi mengatakan, ada beberapa faktor penghambat ODE dalam mengembangkan potensi dirinya. Pertama faktor medis, semakin sering terkena serangan dapat mengakibatkan semakin besar penurunan kemampuan otak dalam berpikir dan mengingat.
"Serangan mengakibatkan ODE kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari atau pun menemukan dan mengembangkan potensi dirinya," ujarnya.
Kedua adalah faktor psikologis, berhubungan dengan kecemasan, penurunan harga diri, penurunan kepercayaan diri, depresi, sampai perilaku bunuh diri. Jika pikiran ODE sudah terfokus hanya pada masalah-masalah pribadi yang berujung pada gangguan psikologis, maka ODE tidak akan sempat lagi mengenali potensi atau bakat dalam dirinya.
Dan ketiga adalah faktor sosial, adanya persepsi negatif tentang epilepsi yang membuat masyarakat umum takut atau tidak mau bergaul dengan ODE. Pada akhirnya ODE pun tidak dapat mengembangkan potensi dirinya karena minimnya dukungan dari lingkungan sekitar.
Dia menambahkan, ada bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada ODE. Pertama, dukungan instrumental yang diberikan dalam wujud nyata untuk menolong ODE secara langsung.
"Keluarga rutin membantu penyediaan obat antiepilepsi, memberikan bantuan dalam bentuk barang atau pun finansial untuk pelatihan dan pengembangan potensi diri ODE. Kemudian dukungan informasi yang diharapkan dapat membantu individu untuk memahami hal-hal yang memunculkan stres, mencari tahu sumbernya dan memahami bagaimana strategy coping yang tepat. Dan dukungan emosional yang berasal dari teman dan keluarga dengan cara meyakinkan individu bahwa ia pantas menerima perhatian, cinta, maupun simpati. Dengan demikian, individu akan merasa diperhatikan oleh orang lain," pungkasnya.
Â