Liputan6.com, New York - Kemajuan teknologi pemindaian telah sangat membantu dalam dunia kedokteran. Namun, bagi tenaga profesi bidang lain, mungkin keperluan mesin pemindai memiliki arti lain.
Dikutip dari tulisan lawas di Vox pada Selasa (12/4/2016), pemindaian menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) memungkinkan penyusunan rangkaian sejumlah gambar hasil pemindaian menjadi sebuah ‘film’.
Baca Juga
Teknologi yang merebak secara komersial pada tahun 1980-an ini menciptakan gambar tubuh manusia menggunakan pemetaan posisi proton-proton zat hidrogen. Zat itu banyak terdapat di dalam molekul air dan molekul lemak dalam jaringan tubuh manusia.
Advertisement
Mesin itu menciptakan medan magnet yang kuat sehingga ketika pasien diletakkan di dalamnya, proton-proton zat hidrogen dalam tubuhnya menjadi searah seakan seperti sebatang jarum pada kompas.
Mesin MRI sejenak mengubah perilaku dan arah proton-proton itu dengan pengiriman denyut-denyut energi pada frekuensi tertentu ke dalam tubuh manusia.
Ketika sinyal radionya dimatikan, proton-proton zat hidrogen dalam tubuh manusia terarahkan kembali menurut medan magnet awal. Proses mengarahkan kembali tersebut memancarkan gelombang radio yang memberitahukan posisi proton dalam tubuh manusia dan jenis jaringan tempat keberadaan proton-proton tersebut.
Rekaman MRI aktivitas bercinta
Pada 1999, seorang ilmuwan Belanda bernama Pek van Andel menciptakan video sepasang pria dan wanita sedang melakukan hubungan seks selagi berada di dalam mesin MRI.
Ia melakukan itu sebagai bagian dari suatu studi kelayakan merekam gambar-gambar pasangan melakukan hubungan seks di dalam mesin MRI. Saat itu, seorang ahli antropologi bernama Ida Sabelis menjadi salah satu subyek penelitian.
Ida bercerita pada pada awalnya seakan tidak terjadi apa-apa. Cukup sulit rasanya melakukan hal tersebut di dalam ruang sempit. Tidak nyaman. Di suatu saat, terdengar suara melalui mikrofon, “Ereksi terlihat seluruhnya, bahkan hingga ke dasarnya.”
Pada saat pengambilan gambar pertama, terdengar, “Sekarang berbaringlah diam-diam dan tahan nafas selama pengambilan gambar.” Demikian seterusnya sehingga akhirnya pasangan diperbolehkan mencapai orgasme.
Rekaman MRI kelahiran bayi
Selain hubungan seks, peristiwa kelahiran juga pernah direkam menggunakan MRI. Secara relatif, gelombang radio kurang berbahaya dibandingkan dengan sinar-X dan pemindai CT yang menggunakan radiasi ion yang dapat merusak sel-sel.
MRI memang agak berisik karena kumparan logam alatnya bergetar ketika aliran listrik nyala dan mati. Dalam rekaman kelahiran bayi menggunakan MRI, rekaman terhenti ketika kepala bayinya menyembul ke luar supaya suara mesin MRI tidak merusak pendengaran sang bayi.