Liputan6.com, Jakarta Generasi milenial sering dianggap sekumpulan individu yang sangat boros. Uang yang mereka punya dipakai untuk hal-hal yang oleh generasi X (angkatan orangtua mereka) dianggap tidak terlalu penting. Ada uang sedikit digunakan membeli sepatu limited edition, membeli tiket konser musisi idola, menonton film-film terbaru, atau segala sesuatu yang dapat mereka pamerkan di Path, Twitter, dan Instagram.
Meski begitu bukan berarti generasi milenial ini tidak memiliki budaya menabung. Mereka memilikinya hanya saja berbeda dari tujuan menabung pada generasi X.
"Kalau generasi sebelumnya, budaya menabung untuk sesuatu yang tidak pasti di masa depan. Ketika mengalami sesuatu, saya punya cadangan. Sekarang, budaya menabung bukan untuk ketidakpastian, tapi sudah pasti. Menabung sekian untuk kepentingan tertentu. Jadi istilahnya easy come easy go," kata Dosen Fakultas Psikologi UI, Ivan Sudjana M.Psi., di diskusi bersama Forum NGOBRAS "Survival Guide Generasi Milenial Menuju Tahun 2020" di Kawasan Senayan pada Rabu, 13 Maret, ditulis Kamis (14/4/2016).
Advertisement
Baca Juga
Pikiran bahwa uang yang masuk harus disimpan bahkan kalau bisa jangan dipakai kecuali kepepet, lanjut Ivan, itu tidak berlaku di kalangan generasi milenial. "Sekarang, kepepet nggak kepepet tetap dipakai," lanjut Ivan.
Satu hal positif yang juga dimiliki generasi milenial adalah semangat mereka dalam bekerja. Ivan menyebut generasi milenial termasuk pekerja keras. Hanya saja untuk mencapai apa yang mereka mau. Berbeda dari generasi X, yang kerja keras banting tulang dari pagi sampai tengah malam hanya guna mendapat penghasilan untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan.
"Pada generasi milenial, ketika mereka menghadapi ketidakpastian itu yang patut diwaspadai, siap nggak mereka," kata Ivan menambahkan.
"Mereka tahu apa yang mereka mau. Mereka pelajari, mereka cari informasi. Misal mau traveling ke mana akan mereka kejar. Mereka bisa fight," ujar Ivan.