Liputan6.com, Jakarta Meski bukan kasus baru namun es batu tercemar terus menerus ada dan dianggap serius karena menyebabkan masalah kesehatan. Hal ini tentu meresahkan masyarakat.
Menanggapi hal tersebut, Kepala BPOM, Roy Sparinga mengatakan, saat ini BPOM dan Institut Pertanian Bogor (IPB) akan mengkaji beberapa isu keamanan pangan seperti misalnya risiko patogen pada es batu.
"Es batu sampai hari ini belum selesai, padahal sudah banyak kajian risiko mengenai patogen dalam es batu. Ini sudah berkali-kali, bertahun-tahun patogen luar biasa sampai bisa menyebabkan diare berdarah hingga merusak ginjal," katanya di sela-sela acara penandatanganan kolaborasi BPOMÂ dan IPBÂ dalam membangun Pusat Kajian Keamanan Pangan di Kantor BPOM, Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya itu, Roy mencatat, kasus yang kerap dijumpai lainnya adalah kasus klasik seperti misalnya usus yang berformalin atau cokelat kedaluwarsa yang kembali diolah dan dijual.Â
"Dengan segala potensi yang dimiliki, mutu dan keamanan pangan Indonesia berada pada ranking ke-88 dari 109 negara, atau posisi ke-6 dari 8 negara ASEAN menurut Global Food Security Index tahun 2015 yang secara rutin dipublikasikan oleh The Economist Intelligence Unit," ujarnya.
Hasil pengawasan Badan POM menunjukkan temuan produk pangan tidak memenuhi syarat lebih didominasi oleh bahaya mikrobiologi melebihi batas, akibat praktik higiene dan sanitasi yang buruk, daripada bahaya kimia. Temuan bahaya kimia berupa penyalahgunaan bahan berbahaya atau penggunaan bahan tambahan pangan berlebih pada pangan telah menjadi permasalahan klasik yang masih terjadi hingga saat ini.
Â