Sukses

Ini Bahaya Tersembunyi Mengonsumsi Makanan Cepat Saji

Studi mengungkap sejumlah kerugian yang diperoleh manusia saat mengonsumsi makanan cepat saji atau fast food.

Liputan6.com, Jakarta Jenis makanan satu ini memang menyimpan segudang kenikmatan. Bukan hanya rasanya yang enak, makan di resto berlabel terkenal yang menjual makanan cepat saji pun dapat memberikan rasa kepuasan secara psikologis. Namun di balik kenikmatannya, makanan cepat saji atau yang dikenal dengan fast food bisa merugikan Anda.

Mengutip laman Time, Sabtu (16/4/2016) fast food yang mengandung tinggi sodium, gula, dan lemak mengakibatkan gangguan kesehatan seperti gangguan hormon dan menurunnya jumlah sperma.

Sebuah laporan studi yang terbit dalam jurnal Environmental Health Perspectives, menemukan bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan cepat saji meningkatkan phthalate dalam tubuh, yang mempengaruhi produktivitas hormon terutama testosteron melemah.

Phthalate yang merupakan sekelompok zat yang banyak digunakan dalam produk sehari-hari. Phthalate tidak berwarna, dan teksurnya mirip minyak goreng tanpa bau, serta tidak mudah menguap. Ami Zota, penulis studi sekaligus asisten profesor kesehatan lingkungan dan pekerjaan di George Washington University Milken Institute School of Public Health mengatakan bahwa dalam studi ini konsentrasi phthalates dalam setiap studi berbeda selalu ditemukan efek yang merugikan kesehatan manusia.

Dalam mencapai temuan ini, Zota dan rekan meneliti sejumlah data dari 8.800 orang yang mengonsumsi makanan yang sama dalam 24 jam terakhir, dan kemudian memberikan sampel urine mereka untuk diteliti dan menemukan orang yang mengonsumsi makanan cepat saji lebih banyak memiliki kandungan phthalate dalam tubuhnya, dibandingkan orang yang tidak mengonsumsi makanan cepat saji.

"Kami berharap studi ini dapat memberikan petunjuk untuk orang-orang dapat mengurangi eksposur mereka terhadap bahan kimia melalui diet mereka, yang juga menunjukkan bahwa makanan siap saji mengantungi bahan kimia yang banyak dan perlunya mengurangi pemesanan terhadap makanan cepat saji. "kata Zota.