Liputan6.com, Batam Bagi masyarakat di Batam, Tanjung Pinang, dan sekitarnya, gonggong jadi salah satu menu makanan laut kesukaan. Di warung makan maupun restoran di sekitar wilayah ini pasti dengan mudah menemukan seafood yang bentuknya seperti siput ini.
Gonggong memiliki cangkang putih kekuningan, dagingnya berwarna putih dan kenyal saat digigit. Saat mengonsumsinya dibutuhkan tusuk gigi untuk mempermudah mencongkel isi daging.
Baca Juga
Soal harga, di Kecamatan Belakang Padang KotaBatam bisa didapat satu kantong plastik ukuran satu kilogram gonggong mentah seharga Rp 5.000. Jika mau, gratis pun bisa dengan mengambilnya sendiri di sore hari di pantai saat air laut sedang surut. Mengolahnya pun mudah, tinggal direbus di dalam air yang sudah ditambah jahe dan garam untuk mengurangi amis.
Advertisement
Baca Juga
Perpaduan harga yang murah dan rasa lezat membuat gonggong sering jadi santapan masyarakat Batam serta Tanjung Pinang. Namun ada baiknya tidak terlalu banyak dan sering mengonsumsinya karena tinggi kolesterol.
"Memang gonggong ini tinggi protein serta Omega 3, namun tinggi juga kolesterolnya," kata salah satu Tim Nusantara Sehat lulusan gizi, Jemris Mikael saat berada di Puskesmas Belakang Padang, Jumat (22/4/2016).
Jemris pun menyarankan untuk mengonsumsinya tiga hari sekali saja untuk mencegah kolesterol tubuh tinggi.
Selain menyarankan mengurangi asupan gonggong, Jemris pun rutin mengingatkan masyarakat di wilayah kerjanya untuk mengolah makanan secara lebih sehat.
"Masyarakat di sini senang sekali mengonsumsi makanan yang digoreng menggunakan minyak yang dipakai berulang serta sayur berkuah santan padahal jika dikonsumsi setiap hari tidak sehat," tutur Jemris.
Jemris pun sering menyarankan masyarakat di sekitar untuk mengolah ikan misalnya dengan direbus serta menumis sayuran atau dibuat sayur bening. Lalu mengonsumsi buah dan sayur serta minum dua liter air setiap hari.