Liputan6.com, Jakarta Malaikat Tanpa Sayap pantas disematkan kepada Mitra pengemudi Uber wilayah Bandung, Jawa Barat bernama Rudi Sumardi (41). Kamis, 28 April 2016, ia turut membantu proses persalinan penumpangnya, yang naik dari wilayah Terusan Buah Batu, di dalam mobil menuju salah satu rumah sakit.
Rudi sama sekali tidak melihat tanda-tanda bahwa penumpangnya itu tengah hamil besar. Perut tak terlihat seperti sedang mengandung, pun gaya berjalan layaknya perempuan pada umumnya. Begitu penumpang (pasangan suami-istri) masuk ke dalam mobil, Rudi melajukan mobilnya dengan kecepatan standar.
“Pas jalan itu saya baru tahu kalau si suami akan mengantarkan istrinya cek kandungan di rumah sakit. Sempat kaget waktu dia bilang kandungan sang istri sudah berusia delapan bulan,” kata Rudi.
Advertisement
Baca Juga
Rudi berencana mengambil pesanan perjalanan di siang hari untuk menghindari kepadatan lalu lintas. Namun kemarin, ia memutuskan menyalakan aplikasi Uber pukul 10.00 pagi. Pucuk dicinta ulam tiba. Belum ada 15 menit ia sudah menerima orderan dari penumpangnya itu. Tanpa pikir panjang Rudi menerima pesanan itu.
Di sepanjang jalan menuju rumah sakit, penumpangnya itu meringis kesakitan. “Dia cuma bilang ‘mules... mules... mules’. Pas melihat wajah suaminya yang tampak panik, saya coba menenangkan keduanya sambil berkata ‘sabar’,” ujar Rudi.
Tak lama, jantung Rudi seakan ingin copot, saat mendengar suara tangisan bayi dari jok belakang. Rupanya si jabang bayi sudah tak betah berada di dalam rahim. Dia ingin bertemu ayah dan ibunya, serta melihat seperti apa dunia itu. “Pas saya lihat ke belakang, sebagian kepala sampai perut sudah nongol. Panik dong ada yang brojol di dalam mobil,” kata Rudi.
Rudi sadar, jika ia ikutan panik semuanya malah semakin runyam. Ia lalu menepi, turun dari mobil, dengan modal nekat dan sok tahu ia menjelma menjadi bidan. Hal pertama yang dilakukan Rudi adalah menghubungi sang istri yang kebetulan hari itu sedang berada di rumah. Rudi berusaha memahami setiap instruksi yang ia terima.
“Akhirnya itu bayi keluar. Saya pegang, saya taruh dekat selangkangan ibunya karena tak ada kain,” kata Rudi. “Tapi, masalah baru muncul, tali pusarnya masih tersangkut. Saya nggak berani main asal potong,” kata Rudi menambahkan. Kini gantian Rudi yang panik lantaran bayi mendadak biru.
Rudi kembali memasukkan penumpangnya ke dalam mobil. Meletakkan di posisi yang pas dan aman. Ia hanya memohon agar jalanan lancar supaya bisa membawa penumpangnya itu ke rumah sakit. Namun, nihil, jalanan macet dan tak ada satu pun rumah sakit di wilayah tersebut. Ada satu puskesmas tapi alatnya tak memadai.
Rudi lalu berpikir untuk membawa penumpangnya itu ke rumah sakit lain. Tidak mungkin jika ia tetap menuju rumah sakit yang akan dituju karena jaraknya yang cukup jauh. Ia putar balik, langsung melajukan mobilnya untuk mencari klinik bersalin di daerah lain yang lebih dekat.
“Saya turun, daftarin dia, dan meminta agar petugas di sana segera melakukan tindakan. Keluar tiga orang bidan yang datang membantu. Langsung dimasukkan ke dalam ruangan,” kata Rudi.
Rudi sempat menunggu di klinik bersalin beberapa jam dan melaporkan kejadian itu kepada Uber support.
Rudi mengaku senang dapat menolong penumpangnya. Pengalaman ini kelak akan menjadi cerita yang tak mungkin pernah ia lupakan. Sembilan bulan bergabung bersama Uber (gabung per Juli 2015), tak pernah sekali pun ia mendapat momen-momen yang dapat dikenang jika kelak berhenti dari pekerjaan ini.
“Selama ini penumpang yang sering banget saya temukan adalah yang suka membawa masalah pribadi sampai ke mobil, pernah ada yang berantem, sampai tamu yang bicara kadang nggak ngenakin,” kata Rudi.
Meski begitu, banyak juga hal-hal menyenangkan yang ia dapat selama menjadi Mitra Uber. Misal, ia mendapat banyak ilmu yang tidak didapat di bangku sekolah dulu. “Kalau dapat penumpang dokter, saya dapat pengetahuan tentang farmasi. Bagaimana memilih obat dan dokter yang sesuai penyakitnya. Dapat yang lawyer, ya saya dapatlah ilmu hukum sedikit-sedikit,” kata Rudi menambahkan.
Rudi dan istrinya berencana menjenguk penumpang tersebut. Hanya saja, sang penumpang berpesan agar nanti-nanti saja menjenguknya, saat istrinya sudah diizinkan pulang ke rumah. Sang penumpang tak mau merepotkan Rudi lagi. Makanya, sang penumpang ingin menjamu Rudi dan keluarga di rumah nanti.