Liputan6.com, Jakarta Berangkat dari ilmu Graphologist, wanita berambut panjang ini mengawali kariernya. Sebagai satu-satunya ahli grafologi Indonesia yang berada di bawah naungan American Handwriting Analysis Foundation (AHAF), dia tertimpa musibah yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Baca Juga
Pemilik nama lengkap dari Deborah Dewi ini mendapati sang ibu yang ketika itu berusia ke 68 tahun tak mengenali dirinya. Dikabarkan sang ibu didiagnosis sebuah penyakit mematikan.
"Agustus 2015, ibu saya secara fisik berada jauh dengan saya. Beliau jatuh sakit dan didiagnosis demensia alzheimer," ungkapnya saat menjadi pembicara dalam program Inspirato - Liputan6.com, Selasa (10/05/2016).
Advertisement
Demensia alzheimer merupakan gangguan neurodegeneratif progresif yang menyebabkan penurunan kemampuan menyimpan memori jangka pendek, penamaan dan kemampuan berbahasa, kemampuan visuospasial serta fungsi eksekutif. Di dalam otak penderita alzheimer, terdapat plak yang merusak secara perlahan hingga membuat penderitanya bisa melupakan apapun. Penyakit ini hingga kini belum ditemukan obatnya.
Debo sapaan hangatnya mengaku teramat syok saat mendapati keadaan sang ibu yang tak senormal dulu kala.
"Saya sempat drop selama satu dua bulan. Tapi saya berpikir kalau misalnya masalah ini dihadapi sendiri yang jadi itu malah destruktif - karena saya ngerasain itu. Saya males cerita ke semua orang, saya pusing ditanya-tanya dan saya nggak mau dikasihanin jadi saya simpen sendiri. Tapi saya sebulan lebih saya nangis terus setiap hari... " tuturnya.
Saat itu Debo mengaku tak ada sarana yang cukup untuk dirinya mencari pertolongan yang tepat. Ditambah sang ibu yang tidak tinggal di Jakarta sehingga mengharuskan dirinya mencari jalan lain untuk memenuhi seluruh kebutuhan perawatan sang ibu.
Bangkit dari Keterpurukan Alzheimer
Singkat cerita, Debo akhirnya menjadi salah satu bagian dari Alzheimer's Indonesia (Alzi). Dia membawa semua kebutuhan yang diperlukan ibunya hingga ke Malang. Dia juga mengumpulkan sejumlah keluarga yang merawat penderita Alzheimer atau disebut dengan family caregiver di Malang.
"Ketika saya bergabung dengan Alzi, saya dapet support knowledge. Jadi ketika saya menghadapi masalah ini saya tahu harus bagaimana. Terus dapet support moral juga, jadi kita punya whatsapp group orang-orang yang caregiver yang punya nasib sama." ujarnya kepada Health-Liputan6.com.
Keterlibatannya dalam Alzi selama hampir sepuluh bulan ini, mengembalikan kembali kariernya yang tengah redup menjadi bersinar kembali. Debo pun dipercaya untuk mewakili Indonesia sebagai World Young Leader in Dementia yang berada di bawah naungan Alzheimer Dissease International, untuk membuat solusi demensia.
"Jadi World Young Leader in Dementia itu bertugas mengumpulkan perwakilan dari setiap negara (83 negara) anak-anak muda dengan background yang berbeda untuk membuat solusi demensia," ungkap Debo.
Musibah yang menghantam hidup wanita berusia 35 tahun ini, pada akhirnya menjadikan dirinya semakin kuat untuk merawat sang ibu. Dia juga bisa membantu penderita dan family caregiver di Indonesia.
Debo memiliki harapan untuk seluruh penderita dan keluarga ODD (Orang Dengan Demensia Alzheimer), untuk mampu menghadapi penyakit ini secara bersama-sama dengan bergandengan tangan dan saling support.
Advertisement