Liputan6.com, Jakarta Kebanyakan orang hanya tahu gangguan makan seputar anoreksia atau bulimia. Hal ini membuat jenis gangguan makan lain tak terdeteksi dan dikenali. Dalam jangka panjang hal ini bisa jadi berbahaya, karena penderitanya tak mendapat bantuan tepat waktu.
Melansir Women's Health, Rabu (11/5/2016), inilah 5 gangguan makan lain yang perlu Anda kenali:
Baca Juga
1. Orthorexia
Advertisement
Kita semua tentunya tertarik dengan makanan sehat, tapi ada bedanya antara mengontrol diet atau dikontrol diet.
Ketika penderita anoreksia dan bulimia berkisar tentang banyaknya makanan yang Anda makan, orthorexia berfokus pada kualitas makanan. Ulasan dalam Journal of Human Sport & Exercise mengartikan orghorexics sebagai, "secara obsesif menghindari makanan yang mengandung pewarna dan perasa buatan, bahan pengawet, dan sisa pestisida. Atau secara umum, menghindari makanan cepat saji, berlemak, terlalu banyak mengandung garam dan gula, dan komponen lainnya."
Baca Juga
Pada akhirnya, penderita gangguan makan ini akan mulai membuat dan menciptakan aturan ketat mereka sendiri yang berujung membuat mereka terisolasi secara sosial.
Anorexia athletica
2. Anorexia Athletica
Gangguan makan ini paling banyak diderita oleh para atlet. Berbeda dengan penderita anoreksia biasa yang membatasi makan mereka dan penderita bulimia yang memuntahkan kembali makanannya, penderita AA ini akan secara kompulsif berolahraga untuk mencegah pertambahan berat badan, dan memberi perhatian ekstra pada banyaknya kalori yang terbakar.
Dibanding gangguan makan lainnya, olahraga secara kompulsif dihubungkan dengan kekhawatiran yang lebih tinggi tentang berat dan bentuk tubuh, yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap tubuh. Hal ini menurut penelitian yang diterbitkan dalam European Eating Disorders Review.
Para peneliti juga menemukan, ketika penderita AA ini tidak bisa berolahraga mereka akan merasa sangat bersalah, gelisah, terganggu, dan bahkan depresi.
Advertisement
Diabulimia
3. Diabulimia
Menurut penelitian dalam Journal of Diabetes Science and Technology, wanita yang menderita diabetes tipe 1 2,4 kali lebih mungkin untuk menderita gangguan makan ini.
Mereka dengan gangguan makan ini mencoba membatasi insulin: mengurangi insulin yang diperlukan atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali.
Dengan menggunakan hal ini, gula dan kalori akan langsung masuk ke urine dan pada akhirnya akan membuat berat badan menurun drastis.
Tapi dengan melakukan hal ini dapat membuat penderitanya berada dalam bahaya serius dan berisiko mengembangkan infeksi dan diabetes ketoacidosis, yang bisa berujung pada koma diabetik.
Hubungan paralel antara pengaturan makan diabetesi dengan penderita gangguan makan membuat penderita diabulimia sulit diobati.
Pica
4. Pica
Kebanyakan orang menganggap penderita Pica hanya memiliki kebiasaan aneh, karena mereka suka mengonsumsi makanan yang tidak umum seperti tanah, cat, atau kertas. Padahal sebenarnya Pica adalah gangguan makan yang cukup umum.
Hal ini umumnya sering ditemukan pada anak-anak, tapi kondisi ini juga sering terjadi pada wanita hamil dan mereka yang kekurangan zat besi. Ini karena pada beberapa kasus, rasa ingin makan sesuatu yang aneh tadi dipicu oleh kekurangan nutrisi.
Selain efek malnutrisi yang biasa dialami para penderita gangguan makan, penderita Pica juga berisiko keracunan atau mengalami kerusakan organ dalam.
Advertisement
Sindrom makan malam
5. Sindrom makan malam
Ini bukan sekedar keinginan mengemil sebelum tidur. Sindrom makan malam dikenali dengan makan secara berlebihan di malam hari.
Menurut sebuah penelitian dalam Journal of the American Medical Association, penderita gangguan makan ini hanya mengonsumsi sepertiga kalori harian mereka sebelum pukul enam sore, dan memenuhi kebutuhan kalori mereka dari pukul 8 malam sampai 6 pagi.
Peneliti juga menemukan, sindrom makan malam berhubungan dekat dengan depresi. Hal ini karena makan banyak saat malam, yang biasanya melibatkan makanan kaya karbohidrat atau makanan manis, merupakan suatu bentuk pengobatan sendiri untuk melawan depresi.